TEMPO.CO, Cianjur: Pengakuan mantan pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Regional Indonesia, Chep Hernawan, bahwa ia yang membiayai keberangkatan 156 WNI ke Suriah dianggap hanya klaim oleh Kepala Kepolisian Resor Cianjur Ajun Komisaris Besar Dedy Kusuma Bakti.
"Saya sering berkomunikasi dengan beliau, tapi tak pernah ada pembicaraan soal pengiriman warga Indonesia, khususnya dari Cianjur, ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS," ujar Dedy di Cianjur, Selasa, 17 Maret 2015.
Menurut Dedy, setelah pertemuan di Markas Polres Cianjur pasca-pemeriksaan Chep oleh Polres Cilacap, Jawa Tengah, tak ada aktivitas Ketua Umum Gerakan Reformis Islam itu yang membawa nama ISIS. "Kalaupun yang bersangkutan mengaku dipanggil Mabes Polri, secara formal tak pernah ada laporan sama kita,” ujarnya.
Bahkan, Dedy menegaskan, selama ini kepolisian selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menjaga Cianjur tetap aman. "Aktivitas ISIS itu kan masalah internasional, sementara tugas saya adalah pengamanan wilayah hukum di Cianjur saja," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Cianjur Choerul Anam menegaskan bahwa gerakan radikal yang membawa nama Islam dilakukan oleh orang-orang yang bukan ulama terkemuka. Menurut dia, ulama dan kiai seperti Muhammadiyah, NU, PUI, dan sebagainya tak pernah menganjurkan syiar Islam dengan jalan kekerasan.
"Jadi, bagi saya ISIS itu masalah luar negeri yang sudah menyimpang dari ajaran Islam. Makanya, apa yang dilakukan Chep, tak bisa diklaim sebagai aktivitas Islam," kata Choerul.
Kiai karismatik ini mengakui secara personal Chep orang baik. Namun, aktivitas garis keras yang selama ini dilakukannya tidak sesuai dengan ajaran Islam, khususnya di kalangan NU.
"Lalu apa kepentingan orang Indonesia dengan aktivitas ISIS yang memerangi negara Islam sendiri? Kalau mau, perangi kafir di Israel untuk membantu warga Palestina yang benar-benar teraniaya," ucapnya.
DEDEN ABDUL AZIZ