TEMPO.CO, Jakarta -Lima perusahaan mebel Indonesia meneken kontrak dengan importir Jerman, Index Living GmbH. Penandatanganan, yang berlangsung pada Sabtu pekan lalu, ini merupakan keberhasilan dari misi pembelian (buying mission) yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan.
Menurut pemerintah, meski baru dibentuk, misi pembelian itu telah berhasil mencatat transaksi sebesar US$ 1,3 juta akhir pekan lalu. "Ini (buying mission) merupakan inisiatif baru," kata Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Kemendag Pradnyawati di Jakarta pada Selasa, 17 Maret 2015.
Salah satu perusahaan yang menandatangani adalah produsen mebel rotan asal Cirebon, House of Rattan. Perusahaan yang berada di Jl Tegalwangi KM 09, Cirebon, ini juga telah mengekspor rata-rata 120-150 kontainer per bulan ke negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat , Eropa, serta negara Asia dan Afrika. House of Rattan juga telah bekerja sama dengan nama-nama besar importir dan toko ritel di AS, seperti Pier 1, Crate and Barrel, serta Williams-Sonoma.
Perusahaan lain yang menandatangani kontrak pembelian dengan importir asing adalah Yogya Indo Global (Yogyakarta), Woodwork Interior (Jepara), dan Nuansa Kayu Bekas (Solo).
Selain kualitas barang, Pradnyawati mengatakan dokumen V-Legal yang dimiliki para pengusaha menjadi daya tarik tersendiri. Saat ini, tengah marak isu global tentang yang berorientasi pada barang dan produk ramah lingkungan. Perusahaan dengan dokumen yang mengesahkan legalitas sumber daya kayunya, tentu lebih dipercaya ketimbang yang asal usul kayunya tak jelas atau berpotensi illegal logging.
Index Living GmbH sendiri adalah importir dan toko ritel furnitur asal Jerman. Perusahaan ini memiliki jejaring untuk memasarkan produk furnitur asal Indonesia ke seluruh Eropa.
"Salah satu pertimbangan utama Index Living untuk tetap mengimpor dari Indonesia adalah karena produk-produk Indonesia berstandar kualitas tinggi, ramah lingkungan, dan sesuai dengan preferensi konsumen di Jerman," kata Pradnyawati.
Menurut dia, misi pembelian merupakan salah satu skema promosi yang disediakan Kementerian Perdagangan untuk membantu dunia usaha dengan mendatangkan buyers ke Indonesia agar dapat melakukan kesepakatan atau transaksi dagang dalam rangka ekspor. Upaya ini dilakukan melalui kerjasama Ditjen PEN dengan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Hamburg.
Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-19 dunia sebagai negara eksportir furnitur. Pada 2014, total ekspor furnitur Indonesia mencapai nilai US$ 1,78 miliar. Meski selama periode 2010-2014 ekspor furnitur Indonesia mengalami tren negatif 1,46 persen, peningkatan nilai setahun terakhir ini cukup menggembirakan, yaitu sebesar 2,18 persen.
URSULA FLORENE SONIA