TEMPO.CO, Jakarta - Ada saran menarik yang dikatakan Sean, perancang alumnus Raffles Institute Singapore, bahwa kimono yang longgar tidak membuat Anda khawatir jika berat badan Anda naik. "Kalau tidak muat, Anda tinggal menambahkan panjang tali obinya," ujar Sean. Menurut mereka, cara berpakaian ini ternyata masih relevan dengan era modern.
Sean & Sheila merupakan pasangan desainer Malaysia-Indonesia. Keduanya punya pendapat tentang kimono, yaitu tidak mentah-mentah menyajikan kimono sebagai solusi untuk berpakaian. Keduanya juga menyuguhkan jaket, rok, celana, dan kemeja. Sean & Sheila mengaku berupaya menggabungkan unsur tradisi dengan modernitas.
Selain siluet kimono, kerajinan bordir menjadi salah satu kekuatan Sean & Sheila. "Tapi, untuk kali ini, kami tidak bisa membuat bordir yang terlalu intricate, soalnya waktu persiapannya hanya 20 hari," kata Sheila.
Dengan jumlah penampilan pakaian yang juga 20, Sean dan Sheila pun pontang-panting menyelesaikan satu penampilan dalam satu hari. "Bahkan kami ikut bantu menjahit," ujar Sheila.
Sean dan Sheila sempat tak yakin memulai karier mode mereka di Indonesia. "Kami sangat ragu untuk mulai di Indonesia. Orang-orang di Indonesia belum terlalu berani menunjukkan karakter mereka lewat pakaian," ucap Sheila. Situasi ini membuat Sheila bingung saat memulai membuat label setelah memenangi kompetisi Asian Next Generation Fashion Designer Award Indonesia. "Kami ragu, apakah karya kami bisa diterima," tutur Sheila.
Belakangan, Sean dan Sheila juga kaget karena koleksi pakaian mereka cukup disukai. Seorang editor majalah ternama bahkan tidak segan-segan langsung membeli koleksi keduanya saat tampil di Jakarta, pekan lalu. Sean dan Sheila juga sudah menampilkan koleksinya di Singapura, Malaysia, serta Australia.
Meskipun baru resmi meluncurkan dua koleksi, Sean dan Sheila mengakui mereka masih sangat terilhami oleh Jepang. "Tapi kami pasti akan move on dari Jepang," kata Sean. Tentu, kita akan menunggu koleksi musim-musim berikutnya dari keduanya.
SUBKHAN | HP