TEMPO.CO, Jakarta - Benjamin Netanyahu mengklaim "kemenangan besar" setelah mayoritas suara yang dihitung menunjukkan partainya memimpin perolehan suara atas koalisi kiri-tengah Zionis Union dalam pemilihan umum negara itu.
"Melawan segala rintangan, kemenangan besar bagi Likud. Sebuah kemenangan besar bagi bangsa Israel!" tulisnya di akun resmi Twitter-nya yang dikutip oleh News.com.au.
Para pengamat mengatakan Netanyahu berada dalam posisi yang lebih kuat berkoalisi dengan sekutu sayap kanan yang telah bersamanya memerintah enam tahun.
Dengan sekitar 70 persen suara yang telah dihitung, Partai Likud memimpin dengan 23,73 persen. "Saingan terdekatnya, kiri-tengah Zionis Union tertinggal dengan 19.06 persen," kata Komite Pemilihan Pusat, seperti dikutip News.com.au.
Jajak pendapat yang dipublikasikan pada dua stasiun TV setelah tempat pemungutan suara ditutup memberikan Likud dan Zionis Union 27 kursi masing-masing untuk 120 anggota parlemen.
Sedangkan jajak pendapat ketiga memberi Partai Likud memimpin satu kursi. Arab Joint List, partai untuk orang-orang Arab menempati posisi ketiga dengan perolehan 13 kursi.
Jumlah suara yang tidak biasa datang dari kalangan orang Arab Israel, yang jumlahnya lebih dari 20 persen dari populasi setelah pihak Arab bergabung untuk menantang Netanyahu. Hal ini dimanfaatkan Netanyahu untuk mendorong pendukungnya agar menuju ke tempat pemungutan dan memilih Liqud.
"Undang-undang sayap kanan berada dalam bahaya. Pemilih Arab akan berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara! Pergi ke tempat pemungutan suara! Pilih Likud!" katanya dalam sebuah video di Facebook.
Netanyahu juga menempatkan keamanan sebagai isu utama kampanye, dengan alasan ia adalah satu-satunya yang mampu melindungi Israel dari ancaman nuklir Iran.
Partai Likud yang terlihat membuntuti Zionis Union dengan selisih empat kursi dalam jajak pendapat akhir yang diterbitkan pekan lalu, memupus harapan dengan berhasil unggul atas saingannya koalisi kiri-tengah.
"Netanyahu telah melakukannya. Dia telah berhasil mengejar ketinggalan di putaran terakhir," kata Claude Klein, seorang spesialis hukum konstitusional di Universitas Ibrani Yerusalem.
"Dia bisa membentuk pemerintahan sayap kanan dengan partai-partai keagamaan dan Yisrael Beiteinu atau bahkan dengan pemerintah persatuan nasional (dengan Herzog). Tapi dia mengesampingkan pilihan itu," ujarnya lagi kepada AFP yang dikutip News.com.au.
Pemimpin oposisi Israel, Isaac Herzog, menolak untuk mengakui kekalahan dalam pemilihan parlemen Israel.
Herzog mengatakan kepada para pendukungnya bahwa ia akan membuat segala upaya untuk 'merongrong' koalisi pemerintahan berikutnya.
Pemilihan umum Israel kali ini diikuti sekitar 5,8 juta orang berhak memilih, dengan 25 partai bersaing untuk duduk Knesset (parlemen Israel).
MECHOS DE LAROCHA | NEWS.COM.AU