TEMPO.CO, Surabaya - Posko Crisis Center untuk korban tragedi pesawat Air Asia QZ8501 yang diduga jatuh di perairan Selat Karimata pada 28 Desember 2014 lalu resmi ditutup hari ini, Kamis 19 Maret 2015. Posko yang berlokasi di Gedung Mahameru di lingkungan Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur itu selama ini berfungsi pula sebagai ruang tunggu kerabat atau keluarga korban.
"Di hari yang ke-82 tragedi Air Asia ini, Posko Crisis Center di Markas Polda Jawa Timur secara resmi selesai dan ditutup," kata Kepala Polda Jawa Timur, Inspektur Jenderal Anas Yusuf, Kamis 19 Maret 2015.
Penutupan, kata Anas, sudah atas sepengetahuan pihak keluarga korban. Mereka disebutkannya memahami penutupan karena mereka juga sudah jarang mengunjungi posko. "Hari ini masih dibuka, dan sejak besok sudah ditutup," kata dia.
Ke depan, Anas menjelaskan, apabila ada jenazah korban Air Asia yang teridentifikasi maka kerabat atau keluarga akan dihubungi melalui telepon. Pernyataan itu sekaligus menegaskan bahwa proses identifikasi yang dilakukan tim DVI Polda Jawa Timur tidak akan berhenti.
Tim DVI akan tetap bekerja sepanjang ada kiriman temuan jenazah yang diduga korban tragedi pesawat itu dari Badan SAR Nasional, masyarakat maupun pihak lainnya. "Termasuk sisa delapan jenazah yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara yang masih di simpan di kontainer pendingin, kami terus lakukan identifikasi," kata dia.
Bersamaan dengan penutupan posko itu, Ketua Tim DVI, Komisaris Besar Budiyono, mengungkap keberhasilan mengidentifikasi temuan tulang belulang yang diduga jenazah korban Air Asia QZ8501. Seluruhnya ternyata berasal jenazah yang sudah teridentifikasi sebelumnya.
Berdasarkan uji DNA diketahui kalau tulang belulang dengan label B105, B109 dan B111 milik satu orang, atas nama Herunanto Tanus yang sudah teridentifikasi sebelumnya. Jenazah atau potongan tubuh Herunanto telah diserahkan kepada pihak keluarga pada 25 Januari 2015.
Tulang belulang dengan label B106 dan B107 adalah milik satu orang atas nama Inggrid Jesika Winata, yang juga sudah teridentifikasi sebelumnya dan telah diserahkan kepada pihak keluarga pada 6 Februari 2015. Adapun tulang lainnya yang juga berhasil teridentifikasi adalah kaki yang memakai sepatu.
Kaki yang berlabel B104 itu ternyata memiliki kecocokan DNA dengan satu jenazah atas nama Saron Michel Ang, seorang perempuan, umur 5 tahun warga Surabaya. "Kami sudah menghubungi seluruh keluarga korban yang teridentifikasi pada hari ini," ujar Budiyono.
Budiyono menambahkan, total pihaknya menerima 115 jenazah utuh dan potongan tubuh. Sedangkan yang berhasil teridentifikasi sebanyak 107 jenazah, dengan rincian 97 tubuh utuh dan 10 potongan tubuh. "Sisanya terdapat 8 jenazah yang masih di simpan di container pendingin, dengan rincian empat tubuh utuh dan empat potongan tubuh, termasuk yang jenazah yang dikirim terakhir," kata dia.
MOHAMMAD SYARRAFAH