TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah diyakini masih akan sejalan dengan asumsi pemerintah. Perbaikan fundamental perekonomian yang dilakukan pemerintah diprediksi membuat rupiah cenderung menguat.
"Saya masih percaya kurs rupiah yang ideal Rp 12.500-13.000 per dolar sepanjang tahun ini," kata Vice President Senior Economist and Strategic Planning Division PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Ryan Kiryanto, Kamis, 19 Maret 2015. Prediksi tersebut dinilai lebih realistis daripada perkiraan beberapa lembaga keuangan asing.
Sejumlah lembaga keuangan asing memang memperkirakan rupiah akan cenderung melemah. Bahkan mereka memperhitungkan rupiah bisa menembus Rp 14 ribu per dolar pada tahun ini. Setelah ditutup menguat 45 poin pada perdagangan kemarin, laju rupiah kembali menghijau. Bahkan pergerakannya hari ini sempat menyentuh level Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015, pemerintah mengasumsikan rupiah berada pada level Rp 12.500.
Selain itu, paket kebijakan ekonomi dan moneter yang diluncurkan pemerintah dan Bank Indonesia, kata Ryan, akan meningkatkan kepercayaan pasar. Untuk itu pasar diimbau agar tak terlalu khawatir.
Senada, ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, juga menyatakan bahwa prediksi rupiah hingga Rp 14 ribu terlalu berlebihan. Menurut dia, ketika rupiah sudah terlalu lemah, mekanisme pasar akan terjadi. "Pemilik valas akan menukarnya ke dolar Amerika."
Di sisi lain, kondisi penguatan mata uang yang berlebihan juga sebenarnya tak dikehendaki pemerintah Amerika Serikat. Hal itu akan menurunkan daya saing produk mereka. "Saya yakin mekanisme pasar akan bekerja mengoreksinya," kata Tony.
FAIZ NASHRILLAH