TEMPO.CO, Malang - Jemaah umrah gratis di vila Kalendra di Batu, Malang, mengaku tak ada kegiatan persiapan keberangkatan sama sekali, seperti mengurus paspor, pemeriksaan kesehatan, atau bimbingan ibadah haji.
Setiap hari, kata seorang jemaah asal Makassar yang enggan disebut namanya, mereka hanya makan dan tidur serta salat berjemaah. "Ya, makan dan tidur saja," kata dia, Kamis, 19 Maret 2015.
Dia bersama 17 orang asal Makassar telah tiba sebulan lalu di Malang. Mereka bergabung dengan ratusan jemaah lain yang berpindah dari satu hotel ke hotel lain. Mereka dijanjikan bisa umrah dan diberi uang saku Rp 25 juta.
Ia mendaftar melalui Pangestu Ningsih, warga Surabaya, sebesar Rp 1,5 juta. Rinciannya, Rp 150 ribu untuk administrasi, Rp 500 ribu untuk jasa koordinator, dan selebihnya untuk transportasi dan penginapan.
Bahkan ia diiming-imingi menjadi karyawan PT Citralia Carla Septiasari, penyelenggara umrah gratis ini, dengan membayar Rp 2,5 juta. Pimpinan jemaah, Agus Santoso, menjanjikan uang Rp 60 miliar di setiap rekening karyawan, sebuah mobil dan rumah baru. Namun, sampai kini dia tak pernah umrah dan tidak pula mendapat pekerjaan.
Dia dan jemaah lain menuntut agar segera diberangkatkan umrah. "Malu dengan keluarga, sudah berpamitan berangkat umroh," katanya.
Ratusan jemaah telah meninggalkan vila Kalendra. Mereka diminta kembali ke rumah masing-masing. Agus menjanjikan mereka akan berangkat umrah pada 21 Maret 2015.
Kepala Kepolisian Resor Batu Ajun Komisaris Besar Widiyanto Pratomo mengatakan belum ada agen perjalanan yang akan memberangkatkan mereka. "Masih kita dalami. Belum ada laporan penipuan," katanya.
Pangestu Ningsih, perempuan asal Kalianak, Asemrowo, Surabaya, melaporkan ke Kepolisian Daerah Jawa Timur bahwa dia menjadi korban penipuan Agus Santoso. Diperkirakan total korban mencapai 15 ribu orang, yang tersebar di sejumlah tempat. Para korban diiming-imingi mendapat umrah gratis.
EKO WIDIANTO