TEMPO.CO, Ciamis - Salah satu warga negara Indonesia asal Ciamis yang berniat bergabung dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bernama Muhamad Ihsan Rais. Dia termasuk satu di antara lima WNI asal Ciamis yang ditangkap di Turki saat akan melintas ke Suriah.
Berdasarkan penelusuran Tempo, Ihsan pernah mengenyam bangku sekolah dasar di SD Kertahayu 1, Kecamatan Pamarican. Dia bersekolah di sana hanya sampai kelas V semester I. "Tahun 2010/2011, kelas V pas mau masuk semester II dia pindah," kata mantan wali murid Ihsan, Tatang, Rabu, 18 Maret 2015.
Dalam surat keterangan pindah, kata Tatang, Ihsan menyatakan melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren di Tasikmalaya. Namun alamat pondok pesantren tersebut tidak dicantumkan. "Hanya ke ponpes," katanya.
Menurut Tatang, Ihsan anak yang cerdas dan berprestasi. Hanya, dia agak pendiam. Dia juga selalu mendapat peringkat pertama di sekolahnya. "Biasanya ranking satu atau dua. Dari kelas I sudah bagus, berprestasi," katanya.
Sekitar dua minggu lalu, Tatang mengatakan, pihak sekolah kedatangan petugas kepolisian dari Kepolisian Daerah Jawa Barat. Petugas tersebut meminta data identitas Ihsan dari sekolah. "Saya beri sebatas data yang ada," ujarnya.
Petugas sempat meminta foto Ihsan, tapi sekolah tidak memilikinya. "Dari rapor juga tidak ada, kan dibawa saat mutasi ke Tasikmalaya,".
Tatang mengaku tidak mengetahui tujuan polisi meminta data Ihsan. Petugas hanya berkata, "'Untuk selamatkan bumi kita.' Saya tidak tahu apa artinya," katanya.
CANDRA NUGRAHA