TEMPO.CO, Malang - Jamaah umroh gratis berpencar, sejak pimpinannya Agus Santoso meninggalkan Songgoriti, Batu. Seluruh jamaah pulang ke rumah masing-masing. Sebagian mengikuti Pangestu Ningsih yang merekrut jamaah dari Makassar, Mesuji dan Tulangbawang. "Mereka sebagian tinggal bersama di rumah saya," kata Ningsih, Sabtu 21 Maret 2015.
Warga Kalianak, Sumberowo, Surabaya ini juga menanggung seluruh kebutuhan selama tinggal di rumahnya. Mereka, katanya, menuntut agar Agus segera merealisasikan janjinya memberangkatkan mereka pulang. "Jika Agus tak memberangkatkan jamaah umroh, kami mengancam akan melaporkan Agus ke Kepolisian Daerah Jawa Timur dengan tuduhan penipuan," ujarnya.
Ningsih menunjukkan sejumlah dokumen rekruitmen calon jamaah umroh. Di antaranya surat pernyataan yang ditandatangani seorang bekas duta besar bernama Saodah Batin Akuan. Surat pernyataan itu menyebutkan jika Ningsih bakal diberi bonus Rp 400 juta berhasil merekrut 200 orang. Saodah, katanya, bekerja dengan Agus yang mengelola PT Citralia Carla Setiapsari untuk memberangkatkan jamaah umroh.
Sedangkan jamaah yang berangkat umroh dijanjikan uang saku Rp 25 juta per orang. Peserta membayar biaya administrasi Rp 150 ribu. Namun, peserta umroh gratis kepada Ningsih membayar Rp 1,5 juta untuk jasa koordinator, transportasi dan akomodasi selama di Malang. "Uang mereka digunakan membayar bus dan hotel," katanya.
Kepada jamaah, katanya, Agus meyakinkan untuk memberangkatkan umroh gratis. Seluruh biaya ditanggung Bapak angkatnya Muhammad Eddy alias Athony Salim. Eddy berjanji untuk membiayai keberangkatkan jamaah umroh sejak Eddy memeluk agama Islam. Pengusaha perkebunan sawit ini kini tengah berada di Cina.
Para jamaah umroh gratis asal Makassar menunggu selama sebulan namun tak tealisasi. Mereka menuntut agar segera diberangkatkan umroh. Sementara mereka memilih menumpang di rumah Ningsih. "Malu dengan keluarga sudah berpamitan berangkat umroh," katanya.
EKO WIDIANTO