TEMPO.CO, Jakarta - Kegandrungan penggunaan warna pastel untuk interior ruangan dirasakan Jaffar Riyanto, perajin sekaligus pemilik usaha mebel Rahayu Jayakawentar yang bertoko di Malang, Jawa Timur, pada acara International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) di kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, 14-17 Maret lalu.
Menurut Jafar, konsumen doyan disuguhi perabot dengan warna manis, apalagi yang dikombinasikan dengan gambar bunga-bunga mungil yang menambah kesan girly.
Lihat saja meja kabinet warna putih yang menjadi salah satu andalan Jayakawentar. Meja berbahan kayu pinus itu multifungsi karena kakinya “disulap” menjadi tiga laci mungil. Adapun sentuhan motif floral khas shabby chic pada alas meja membuat perabot seharga Rp 450 ribu ini mudah bikin jatuh hati calon pelanggan. Dipasang di ruang keluarga atau kamar tidur akan sama cakapnya.
Ada juga satu set kursi tamu berbahan rotan sintetis yang dilapisi cat warna biru muda. Warna itu tak hanya membuat kursi rotan terlihat lebih segar, tapi juga bisa mempengaruhi mood penghuni ruangan agar lebih tenang. Cocok untuk mengisi kediaman masyarakat urban yang butuh relaksasi setelah lelah bekerja seharian.
Berbeda dengan Jayakawentar, perusahaan mebel dari Surabaya, Bintang Selatan, memanfaatkan rotan asli untuk perabot-perabot berwarna kalem. Konsekuensinya ada pada harga. Sementara harga satu meja dan dua kursi tamu dihargai Rp 1,5 juta saja oleh Jayakawentar, sebuah kursi goyang dibanderol Rp 2 juta oleh Bintang Selatan.
“Orang kerap menduga produk kami adalah rotan sintetis karena punya detail yang rumit dengan warna-warna pastel. Padahal kami pakai rotan asli, walau harganya sedikit lebih mahal,” ucap Laurensius, bos Bintang Selatan, saat ditemui dalam pameran IFFINA.
Laurensius tak menyangka mebel-mebel rotan warna pastel, seperti sofa, kursi taman, kursi goyang, serta meja, laris dalam pameran tersebut. Padahal produk-produk itu baru dibikinnya pada awal tahun ini lantaran jenuh pada warna “konvensional”.
“Ternyata warna-warna pastel memang sedang jadi idola,” ujarnya.
ISMA SAVITRI | HP