TEMPO.CO, Bangkalan - Anggota DPRD Jawa Timur dari daerah pemilihan Madura, Mahfud, dicecar soal sulitnya mendapat kredit murah bagi pemilik usaha kecil dan menengah saat menggelar reses bersama warga Kecamatan Geger, Bangkalan, Ahad, 22 Maret 2015.
Warga mengeluhkan bahwa kredit untuk UKM berbunga murah dan tidak ribet oleh perbankan sebatas slogan. Belum lagi soal agunan yang kebanyakan hanya berupa sertifikat tanah. "Apa upaya DPRD Jatim supaya kami ini bisa dapat kredit murah," ujar Muhammad, seorang warga.
Warga lainnya juga mengeluhkan hal serupa. Wawan, salah satu mahasiswa yang hadir, mengungkapkan, karena sulit mendapatkan kredit, idenya untuk membuat olahan biji buah salak menjadi kopi hingga kini kandas. "Saya sudah minta bantuan dana ke kampus, tapi belum disetujui," katanya.
Mendengar berbagai keluhan itu, Mahfud hanya menyarankan warga untuk mencoba mengajukan kredit ke bank milik Pemprov Jatim BPR Jatim. Kata dia, pada tahun 2015, ada dana hibah dari APBD provinsi khusus untuk perkreditan bagi UKM. "Dananya miliaran," ujarnya.
Menurut politikus PDI Perjuangan ini, kredit di BPR Jatim bunganya lebih murah sekitar 6 persen dan agunannya tidak rumit. "Salah satu tujuan reses saya memang mensosialisasikan kredit ini," katanya.
Dia menyarankan, agar pengajuan kredit lebih mudah bahkan dimungkinkan tanpa agunan, para pengusaha UKM di pedesaan membuat wadah atau organisasi. Lewat organisasi itulah pengajuan kredit dilakukan. "Tapi UKM harus jelas dan memang ada. Kalau usahanya jelas, saya kira tanpa agunan bisa ajukan kredit," katanya.
DPRD Jawa Timur, Mahfud menambahkan, ke depan akan mengupayakan pihak perbankan agar memberikan penyaluran kredit berbunga murah dan proses yang mudah bagi masyarakat. Sebab, hanya kredit murah yang akan membuat masyarakat lepas dari rentenir “bank titil”. "Kredit yang rumit adalah salah satu penyebab masih banyak warga di Madura meminjam uang kepada rentenir," tuturnya.
MUSTHOFA BISRI