TEMPO.CO, Jakarta - Ruang itu berukuran 15 x 25 meter. Sebuah jendela kaca besar berada persis di seberang pintu masuk. Dari jendela, kita bisa melihat langsung sungai terbesar yang membelah Ibu Kota, Kali Ciliwung. Presiden Soeharto dahulu menggunakan ruangan di lantai dua Gedung Bina Graha, di Jalan Veteran 17, Jakarta, itu sebagai tempat kerja. Kini, ruangan itu ditempati Kepala Kantor Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan.
Sejak awal Januari, kantor itu begitu sibuk. Tak jarang Luhut harus menerima tamu hingga malam hari. Saat Tempo berkunjung ke kantornya, Rabu pekan lalu, masih banyak antrean tamu yang menunggunya hingga pukul 21.00.
Kesibukan ini seolah membangkitkan kembali Bina Graha, yang dibangun atas prakarsa Direktur Pertamina Ibnu Sutowo. Selesai dibangun pada 1970, Bina Graha menjadi kantor presiden hingga masa Abdurrahman Wahid.
Kini, Bina Graha menjadi markas Kantor Kepresidenan. Di kantor inilah segala kebijakan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dipantau. "Saya ini ibarat lehernya Presiden dan Wakil Presiden," ujar Luhut di kantornya, pekan lalu.
Jokowi memimpikan kantor yang dipimpin Luhut ini seperti The West Wing di Gedung Putih, Amerika Serikat, atau kantor Perdana Menteri Inggris di Downing Street 10, London. Presiden ingin punya satu kantor khusus yang bertugas mengontrol program-program yang dijalankannya. Ide ini muncul setelah Jokowi bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, September lalu.
Mimpi ini akhirnya terwujud dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2015, awal Maret lalu. Aturan ini mengatur tugas, fungsi, dan wewenang Kantor Kepresidenan. Luhut mengatakan dirinya adalah alat presiden. "Misalnya, tentang program sejuta lahan. Presiden ingin tahu sudah sejauh mana program ini berjalan, ya, kami berikan penjelasan. Saya hanya membantu presiden untuk mengambil keputusan," ujarnya.
Menurut Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, sudah ada empat nama deputi yang menunggu diteken Jokowi. Namun, kata dia, belum ada pembidangan deputi-deputi tersebut. "Tak ada penamaannya, hanya disebut deputi satu, dua, tiga, empat, lima. Tapi yang diajukan baru empat," katanya, pekan lalu
ANANDA TERESIA | TIKA P.