TEMPO.CO, Madiun - Pencarian jenazah Muhammad Amin, 17 tahun, santri Pondok Pesantren Darus Shalawat yang tenggelam di Sungai Jerohan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, masih terus dilakukan.
Kepala Kepolisian Sektor Pilangkenceng Ajun Komisaris Erbin Pasaribu mengatakan pencarian korban dilakukan tim gabungan dari Kepolisian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Madiun, TNI, dan warga. "Belum ada perkembangan lebih lanjut. Mulai hari ini, tim menerjunkan dua perahu karet di lokasi kejadian," katanya, Senin, 23 Maret 2015.
Menurut Erbin, korban yang berasal dari Desa Sumber Galih, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro, itu tenggelam pada Ahad sore, 22 Maret 2015. Saat itu korban bersama lima santri Pondok Pesantren Darus Shalawat baru saja bermain di sawah. Karena tubuhnya kotor oleh lumpur, mereka mandi di Sungai Jerohan yang arusnya sedang deras.
Enam remaja yang juga tercatat sebagai siswa Sekolah Menengah Kejuruan Darus Shalawat itu mendadak diterjang arus. Lima teman korban berhasil menyelamatkan diri, tapi Muhammad Amin hanyut. "Korban tidak bisa berenang dan arus sungai sangat deras," ujar Erbin.
Saat kejadian, ketinggian air Sungai Jerohan yang merupakan anak Sungai Bengawan Madiun itu sekitar 5-7 meter. Sehari sebelumnya, hujan turun deras di daerah hulu sungai maupun di sekitar lokasi kejadian. Hulu Sungai Jerohan berada di lereng Gunung Wilis di wilayah Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Madiun Eddy Hariyanto mengatakan derasnya arus sungai menghambat pencarian korban. Ahad sore, pencarian sempat dihentikan. "Karena arusnya lebih deras setelah turun hujan," ujar Eddy.
Pencarian kembali dilanjutkan menjelang petang. Hingga malam, upaya tersebut tidak membuahkan hasil dan dilanjutkan pagi tadi. Menurut Eddy, pencarian korban akan dilakukan secara intensif selama tujuh hari setelah kejadian.
NOFIKA DIAN NUGROHO