TEMPO.CO , Bandung - Sepanjang 12 tahun sejak meluncurkan album perdana, grup musik Mocca kini masih bertahan di jalur independen atawa indie. Sempat ditawari perusahaan rekaman besar, Mocca tak sreg dengan isi kontrak kerjasamanya. Selain dengan label indie di Bandung, Mocca lebih nyaman menelurkan karya dan mengedarkannya sendiri.
Di tempat label Fast Forward (FFWD) Jalan Setiabudi 56 Bandung, pemegang rekor penjualan album terbanyak masih di genggaman Mocca. Band indie pop itu mengawali langkah karirnya di sana, sekaligus menjadi grup musik perdana garapan label yang didirikan Helvi Sjariffuddin, Achmad Marin Ramdhani, dan Didit Eka pada 1999. Debut album Mocca berjudul My Diary pada 2003 meledak tak terduga. “Angkanya tembus sampai 100 ribu, jadi best seller di toko-toko,” kata Helvi.
Awalnya album itu hanya dibuat 2000 kopi berupa kaset dan cakram padat (CD). Beberapa lagu seperti Secret Admirer menjadi hit, video klip tembang Me and My Boyfriend juga diganjar sebagai karya terbaik tahunan dari MTV 2003. Setelah itu Mocca meneken kontrak dengan label indie di Jepang untuk sebuah lagu di album kompilasi Pop Renaisance. Mocca ketika itu mendobrak pasar musik dengan lirik penuh berbahasa Inggris.
Fenomena itu, menurut Helvi, sempat membuat perusahaan rekaman besar ketar-ketir. Apalagi ketika kanal MTV Indonesia terbuka, banyak band indie yang menguasai jam siarannya. Selain Mocca, ada Homogenic, The Milo, dan White Shoes & Couples Company. Di tengah pergeseran pasar dan selera musik itu, terdengar kabar ada upaya tekanan dari pihak label besar. “Kabarnya sampai ada larangan ke lagu band indie masuk tangga populer di radio atau televisi per mingguan dan bulanan,” katanya.
Sampai sekarang, Mocca masih bermitra dengan FFWD. Gitaris Mocca, Riko Prayitno, mengatakan, alasan mereka memilih label tersebut awalnya karena ada band Club 8 asal Swedia yang dirilis FFWD. “Jadi kita berharap,kalau kita masuk FFWD mungkin kita bisa juga dirilis di Swedia, tapi sampai sekarang belum kejadian, hehehe,” ujarnya.
Mocca menilai label indie masih cocok sebagai mitra karena mengerti pemasaran karyanya. Pernah dilamar major label, tapi Mocca belum pernah mendapat kesepakatan kerja sama. “Ada beberapa poin yg kurang cocok pada waktu itu, tapi sudahlah, lagipula major label atau indie label sama-sama struggle melawan pembajakan,” kata Riko.
ANWAR SISWADI