TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia dilanda kelesuan sejak beberapa waktu terakhir. Hal ini terjadi setelah investor asing melancarkan aksi jual.
Pada penutupan perdagangan Senin, 23 Maret 2015, IHSG turun 5,97 poin (0,11 persen) ke level 5.437, mengikuti laju bursa saham regional yang cenderung bergerak negatif. Padahal, sejak awal perdagangan, IHSG menguat dan sempat berada pada level tertinggi 5.467.
Namun menjelang penutupan perdagangan, informasi mengenai kecilnya cadangan devisa Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya, membuat investor khawatir akan nasib nilai tukar rupiah.
Analis reliance securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan isu cadangan devisa tersebut mendorong IHSG mengalami pembalikan arah. Investor cemas pada prospek sahamnya, kemudian secara masif melakukan aksi jual. Tercatat net sell mencapai Rp 394 miliar sehingga akumulasi modal keluar sepanjang Maret mencapai Rp 3,4 triliun.
Di tengah kondisi ini, Lanjar menyarankan investor untuk mulai mengambil posisi membeli saham-saham yang terkoreksi tajam (Buy on weakness). Sebab, di tengah kemungkinan berlanjutnya koreksi indeks, hanya saham-saham tersebut yang berpeluang mengalami kenaikan teknikal. “Sementara ini, peluang buy on weakness terlihat pada INTP dan ANTM,” ujarnya kepada Tempo.
Hari ini, Selasa 24 Maret 2015, IHSG diperkirakan bergerak mixed pada rentang level 5.410 – 5.470. Data manufaktur Cina di bulan Februari yang diperkirakan bakal mengalami konstraksi ke level 50,5, menambah beban IHSG.
MEGEL JEKSON