TEMPO.CO, Jakarta - Spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed’s rate) masih menjadi faktor paling dominan yang melemahkan dolar. Pada perdagangan pagi ini, Selasa, 24 Maret 2015, rupiah naik 46,5 poin (0,36 persen) pada level 12.975,5 per dolar.
Ekonom dari Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan fokus investor berpindah pada hasil survei internal The Fed yang menyebutkan kenaikan suku bunga hanya sebesar 0,625 persen; jauh lebih rendah dari ekspektasi awal 1,125 persen.
Pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen yang menyebutkan laju inflasi masih jauh dari target 2 persen membuat mayoritas investor yakin kenaikan suku bunga sulit berjalan sesuai harapan. “Fokus investor saat ini tertuju pada agresivitas kenaikan suku bunga,” katanya kepada Tempo.
Dengan kondisi harga minyak bumi yang masih terus melorot, dolar bakal menjadi pilihan aman untuk investasi. Minyak mentah WTI yang terperosok pada level US$ 45,45 per barel serta Brent yang terkoreksi ke level US$ 54,41 per barel menyebabkan aset-aset dolar semakin banyak dikoleksi.
Rupiah pun diperkirakan bergerak mixed pada hari ini. Apalagi informasi yang menyebutkan rasio cadangan devisa Indonesia dengan produk domestik bruto hanya 13 persen, jauh dari batas aman, berpotensi membuat investor kembali mengurangi aset berdenominasi rupiah. Ada kemungkinan rupiah masih akan berada dalam kisaran level 13.000-13.200 per dolar.
MEGEL JEKSON