TEMPO.CO, Montevideo - Pemerintahan baru Uruguay memutuskan tidak akan lagi memberikan suaka politik kepada tahanan dari penjara Teluk Guantanamo. Menteri Luar Negeri Uruguay Rodolfo Nin Novoa mengatakan pemerintah juga tidak akan lagi menerima para pengungsi Suriah.
"Keputusan untuk menerima pengungsi baru dari Suriah akan ditunda hanya sampai akhir tahun ini. Uruguay telah menghadapi masalah budaya dan infrastruktur untuk mengatasi keluarga Suriah," kata Novoa, seperti dilansir BBC, Selasa, 24 Maret 2015.
Media lokal setempat melaporkan banyak terjadi insiden dugaan kekerasan dalam rumah tangga yang melibatkan pengungsi Suriah.
Namun dalam jajak pendapat, sebagian warga Uruguay menolak keputusan kebijakan yang diambil oleh pemerintahan baru.
Uruguay baru saja melantik Tabare Vazquez sebagai presiden baru menggantikan Jose Mujica pada 1 Maret lalu. Selama lima tahun memimpin, mantan pemimpin gerilya yang menghabiskan waktu di penjara selama kekuasaan militer Uruguay itu menawarkan suaka tahanan penjara Teluk Guantanamo sebagai "isyarat kemanusiaan".
Pada Desember lalu, Uruguay memberikan perlindungan kepada enam warga Arab yang ditahan di pangkalan militer Amerika Serikat di Kuba selama 12 tahun. Mereka adalah Abu Wael Dhiab, Ali Husain Shaaban, Ahmed Adnan Ajuri, dan Abdelhadi Faraj dari Suriah; Muhammad Palestina Abdullah Taha Matan, dan Adel bin Muhammad El Ouerghi dari Tunisia.
Keenam orang tersebut dipenjara selama 12 tahun karena diduga memiliki kaitan hubungan dengan jaringan Al-Qaeda, tapi tidak pernah menjalani peradilan. "Mereka adalah korban penculikan yang mengerikan. Mereka belum bisa beradaptasi dengan kehidupan di Amerika Selatan karena kendala bahasa," kata Mujica pada Februari lalu.
Selain itu, ucapnya, keenam warga Arab yang ditahan itu sulit beradaptasi karena berasal dari budaya berbeda. Mereka juga menanggung bekas luka hidup selama bertahun-tahun dalam isolasi dan kondisi tidak ramah.
Selama ini Uruguay menjadi rumah bagi para mantan narapidana yang telah menjalani hukuman penjara selama lebih dari 10 tahun di pusat penahanan Guantanamo. Mereka ditempatkan di Montevideo, ibu kota Uruguay.
Salah satu mantan tahanan, Abdelhadi Faraj, menerbitkan sebuah surat terbuka melalui pengacaranya di New York yang berisi ucapan rasa terima kasih atas kebijakan Mujica. "Kalau bukan karena Uruguay, saya masih akan berada di lubang hitam di Kuba saat ini," katanya.
Diperkirakan masih ada lebih dari 120 tahanan yang berada di penjara Teluk Guantanamo, Kuba, hingga saat ini.
BBC | ROSALINA