TEMPO.CO, Semarang - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan kondisi pabrik-pabrik gula yang beroperasi di Jawa Tengah saat ini sudah memprihatinkan. "Pabriknya jadul semua. Mesti ada revitalisasi pabrik gula," kata Ganjar dalam acara dialog Mas Ganjar Menyapa di Semarang.
Pabrik-pabrik gula di Jawa Tengah sudah beroperasi sejak puluhan tahun lalu. Tapi revitalisasi pabrik itu tidak mudah karena membutuhkan anggaran yang sangat besar.
Ganjar bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah menghitung biaya revitalisasi membutuhkan minimal Rp 2 triliun per pabrik gula. Adapun waktu yang dibutuhkan tiga tahun. "Karena di Jawa Tengah ada 13 pabrik gula, kebutuhan anggaran revitalisasi mencapai Rp 26 triliun," kata Ganjar.
Anggaran tersebut tentu sangat besar dan tidak mungkin disediakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sendiri. Sebab, APBD Jawa Tengah saja saat ini hanya berkisar Rp 17 triliun.
Ganjar menyatakan usangnya pabrik gula di Jawa Tengah mengakibatkan rendemen gula menjadi rendah. Karena rendemen gula rendah, hasilnya pun tidak maksimal. "Agar rendemen bagus, pabrik perlu direvitalisasi," katanya.
Petani tebu di Rembang, Purwadi, mengeluhkan pabrik-pabrik gula di Jawa Tengah yang masih menghitung rendemen sangat rendah. Akibatnya, hasil petani tebu tidak maksimal.
Selain mengeluhkan rendemen, Purwadi mempermasalahkan pupuk bagi petani tebu. "Selama ini petani boleh memperoleh pupuk bersubsidi maksimal untuk 2 hektare," kata Purwadi. Padahal umumnya lahan-lahan penanaman tebu sangat luas.
Ganjar menyatakan para petani bisa mendapatkan pupuk bersubsidi sesuai dengan aturan. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini mengaku kadang sulit membedakan pengusaha besar dan petani kecil. "Karena sudah besar, seharusnya pengusaha besar enggak boleh dapat subsidi pupuk," kata Ganjar.
ROFIUDDIN