TEMPO.CO, Malang - Abdul Hakim Munabari, warga Kelurahan Kasin, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur, dikenal tertutup, bahkan bagi saudaranya sendiri yang tinggal satu atap dengannya. Hakim diringkus tim Detasemen Khusus 88 karena diduga terlibat kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Rabu, 25 Maret 2015.
"Jarang menyapa. Kalau enggak perlu, ya diam saja," kata adik Hakim, Bilqis, Rabu, 25 Maret 2015. Hakim dan istrinya, Iqlimah Thalib, serta dua anak mereka tinggal satu atap dengan dua adik Hakim, yakni Nur Camelia dan Bilqis.
Hakim juga sering kedatangan tamu. Namun para tamu itu tak pernah duduk di dalam rumah. Mereka hanya duduk di teras rumah sambil minum kopi dan mengobrol. "Saya tak boleh menyapa dan bertanya ke tamu," ujar Bilqis.
Menurut dia, kakaknya itu memang pendiam. "Selain itu, dia juga tertutup, enggan untuk menceritakan masalah atau kegiatannya setiap di rumah."
Koordinator keamanan di RW setempat, Muslich, juga menuturkan Hakim kurang bersosialisasi dengan warga. Dia jarang bergaul dan berkumpul dengan tetangganya. "Orangnya tertutup, tak pernah ikut kegiatan di sini," tuturnya.
Hakim ditangkap saat sedang duduk di depan sebuah warung Internet di Jalan Arif Margono, Rabu, 25 Maret 2015. Sampan, tukang becak, mengaku melihat Hakim ditangkap tiga orang berpakaian sipil.
Hakim langsung dirangkul ketiga orang tersebut lalu diborgol. Lantas mereka menggiring Hakim masuk sebuah mobil MPV berwarna gelap. Menurut Sampan, tak ada perlawanan saat penangkapan berlangsung.
Siang harinya, Densus 88 menyergap Helmi Aalamudin, 49 tahun, di Taman Mega Mendung, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Saat itu warga Jalan Soputan 2, Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang, itu baru saja meninggalkan sebuah rumah tarbiyah dan hafalan Al-Quran.
Rumah tersebut terlihat sepi, hanya dua spanduk bertulis “Lembaga Pendidikan Al-Quran” yang terpanjang di depan halaman rumah. Di dalam bangunan dua lantai tersebut, terlihat ada aktivitas sejumlah santri berpakaian hitam bercadar. "Maaf, tak ada laki-laki di sini," kata seorang perempuan dari dalam ruangan.
Menurut Hendra, warga sekitar, penghuni rumah tersebut juga tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga. "Jarang keluar, paling ke pasar. Tak pernah bertegur sapa," ujarnya.
EKO WIDIANTO