TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah dunia naik drastis setelah jet-jet tempur Arab Saudi menggempur pemberontak Houthi di Yaman. Krisis politik di Yaman dikhawatirkan merembet ke Arab Saudi, sehingga mengancam produsen minyak mentah utama dunia itu.
Pada perdagangan hari ini, minyak mentah patokan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Mei mendatang melonjak sebesar US$ 2,28 per barel menjadi US$ 51,49 per barel, sedangkan minyak jenis Brent untuk pengiriman bulan tersebut melompat US$ 2,46 per barel menjadi US$ 58,94 per barel.
Sehari sebelumnya, WTI sudah bergerak naik US$1,70 per barel, sedangkan Brent US$1,37 per barel menyusul kabar Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi mengungsi setelah pesawat tempur Houthi menyerang Istana Kepresidenan Yaman di Aden.
Lokasi Yaman memang berbatasan dengan Arab Saudi. Setelah insiden pengungsian itu, Saudi berusaha membantu Presiden Yaman.
"Ketegangan geopolitik di Yaman telah mendorong harga minyak lebih tinggi lagi," kata Daniel Ang, analis investasi Phillip Futures, di Singapura, kepada AFP, seperti dikutip kantor berita Antara.
Menurut Daniel, Yaman bukan produsen minyak besar, tapi negara ini berada di jalur perdagangan minyak, sehingga ketegangan di sana berpotensi menimbulkan kekacauan aktivitas perdagangan di kawasan itu.
United Overseas Bank Singapura mengatakan pasar khawatir ketidakstabilan politik di Yaman dapat mengancam produsen minyak mentah utama di Timur Tengah.
AGUSSUP