TEMPO.CO, Paris - Penumpang Germanwings penerbangan 4U9525 mungkin tidak menyadari nasib mereka saat pesawat tersebut meluncur cepat dari udara sebelum akhirnya jatuh di sekitar Pegunungan Alpen, Prancis.
Hal ini karena saat terjadi pengurangan tekanan di dalam kabin secara tiba-tiba, penumpang dan awak bisa saja menderita hipoksia atau penyakit kekurangan oksigen di ketinggian yang dapat berakibat pada koma dan bahkan kematian.
Hipoksia ini mengakibatkan pusing dan bahkan perasaan senang dan tertawa sebagai akibat kadar oksigen berkurang dalam waktu cepat.
Mereka yang mengalami hipoksia ekstrem bahkan dapat kehilangan kesadaran dan tidak mengetahui apa yang terjadi di sekitar mereka, memberi mereka rasa nyaman palsu hingga membuat perlahan-lahan mengantuk dan tertidur.
Beberapa waktu lalu, dalam laporan awal tentang keadaan MH370, yang menghilang di lepas pantai Australia tahun lalu, Dewan Keamanan Transportasi Australia mendasarkan pada bencana yang terjadi sebelumnya untuk menyimpulkan jika penumpang mungkin “tercekik” sebelum pesawat jatuh ke laut.
Selain penumpang, para awak dan kru pesawat juga dapat mengalami hipoksia.
"Tahapan akhir, saat kru dan awak tidak merespons, pada umumnya adalah jenis pengalaman hipoksia yang tampaknya tepat sesuai dengan bukti-bukti yang tersedia di periode akhir penerbangan MH370 ketika itu menuju ke arah selatan," kata laporan Dewan Keamanan Transportasi Australia tersebut.
Seseorang tidak harus sudah meninggal saat dalam posisi jatuh yang sangat cepat. Tubuh manusia pada dasarnya dapat bertahan dalam posisi jatuh yang cepat.
Kondisi itu seperti yang ditunjukkan Felik Baumgartner, seorang pemberani Red Bull, yang melompat dari tebing, dengan bantuan baju khusus, memecah perintang kecepatan, menempuh sekitar 833,9 mil per jam saat jatuh ke bumi.
MIRROR | MECHOS DE LAROCHA