TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Anas Yusuf mengatakan banyak cara yang digunakan pengikut Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) untuk merekrut anggota di Indonesia.
"Modus itu di antaranya melalui pendekatan ideologi, iming-iming uang, dan janji-janji palsu," kata Anas di Markas Polda Jawa Timur, Jumat, 27 Maret 2015.
Menurut Anas, modus pendekatan ideologi membidik sasaran atau korban yang dangkal atau lemah dalam memahami agama Islam. Karena itu, target itu akan mudah dipengaruhi dengan tawaran berjihad di jalan Tuhan. "Nah, modus semacam ini sulit dibendung karena setiap orang memiliki tingkat keyakinan yang berbeda-beda," kata Anas.
Adapun modus iming-iming uang membidik sasaran yang tingkat ekonominya menengah-bawah. Mereka sangat tertarik lantaran dijanjikan mendapatkan uang banyak. "Dalam modus ini, sasaran akan dijanjikan uang sekian dolar apabila mengikuti ajakannya itu," katanya.
Modus semacam itu, ucap Anas, sudah dibuktikan tim Densus 88 yang melakukan penyamaran dan ikut bergabung bersama jaringan ISIS. Mereka bahkan berangkat ke Suriah dan berlatih dengan milisi ISIS. "Setibanya di sana, tim yang melakukan penyamaran ini bertemu dengan warga Indonesia yang ikut ISIS," katanya.
Anas menambahkan, mereka yang sudah dijanjikan bayaran puluhan dolar menyatakan kecewa karena janji itu tak dipenuhi. Alasannya, ihwal penghasilan itu tak disebutkan saat mereka direkrut. "Jadi sebenarnya enggak ada iming-iming gaji besar itu," katanya.
Selain itu, banyak pula anggota jaringan ISIS yang merekrut orang-orang dengan tingkat pendidikan rendah dan kurang berpengalaman. Mereka sangat mudah dibujuk untuk mengikuti jaringan ISIS. "Namun apabila ada sarjana yang masih mengikuti ISIS, berarti dia terpengaruh dari segi ideologinya," ujar Anas.
MOHAMMAD SYARRAFAH