TEMPO.CO , Jakarta - Tak seperti wisata pantai pada umumnya, yang ramai dipadati para pengunjung di akhir pekan. Beberapa pantai yang saya kunjungi di Jember, Jawa Timur, ini hanya ramai di hari-hari tertentu, seperti Kamis malam atau malam Jumat. Pengunjung juga ramai ketika malam 1 Syura. Pantai-pantai ini dikenal memiliki aura mistis.
Didorong oleh informasi itu, saya mengunjungi tiga pantai di Jember, yang disebut banyak orang setempat beraura mistis tersebut.
Pantai Puger
Saya mengunjungi pantai ini pada awal tahun 2015. Saya tiba di pantai Puger siang hari. Saat itu terik matahari benar-benar memanggang kulit. Sejauh mata memandang yang terlihat hanya hamparan pasir hitam. Gersang. Gulungan ombak yang mencoba memberikan alunan alam dan hijaunya deretan pohon pandan seakan tak mampu mengusir hawa panas di pantai ini. Saya hanya menemui dua pemancing di bibir pantai. Sedari pagi mereka tak mendapatkan ikan.
Boleh dibilang, tak ada kata indah bagi kawasan wisata pantai ini. Meski begitu, pantai yang terletak 40 kilometer di sebelah barat daya Kota Jember ini sangat terkenal. Pantai ini dikenal sebagai salah satu tujuan wisata mistis.
Menurut petugas loket ernama Mahat yang menemani kami, pengunjung ramai pada hari-hari tertentu. "Biasanya pengunjung ramai pada Kamis malam atau malam Jumat untuk melakukan ritual. Apalagi saat malam 1 Suro," ujar dia.
Tak jauh dari pantai itu terdapat Kolam Penampungan Mata Air Kucur, Mata Air Seribu, dan Petilasan Mbah Kucur. Menurut Mahat, dinamai Kucur karena terdapat petilasan bekas pertapaan Mbah Kucur yang diyakini dia adalah seorang prajurit yang tugasnya mengawal Pangeran Puger dari Kerajaan Mataram.
"Pangeran Puger mengakhiri tapanya dan kembali ke Mataram, tapi pengawalnya tidak ikut dan menetap di Puger Kucur," ucap Mahat.
Pantai Watu Ulo
Untuk mencapai pantai ini dibutuhkan 30 menit dari Pantai Puger. Di pantai ini banyak terdapat warung dan suasananya tak segersang Pantai Puger. Kesan mistis meruap dari pantai ini karena tampak bekas sesaji berupa kembang tujuh rupa yang berserakan di susunan batu panjang.
Konon susunan batu panjang itu dianggap menyerupai tubuh ular. Menurut kisah yang beredar, ada legenda mengenai asal-muasalnya. Diceritakan pemuda desa bernama Raden Mursodo membelah ular raksasa. Ular itu dibelah menjadi tiga bagian. Dia geram karena ular itu memakan ikan ajaib yang telah memberinya emas.
Pantai Papuma
Sekitar satu kilometer dari Pantai Watu Ulo terdapat pantai dengan pasir putih dan pemandangannya sangat eksotis: Pantai Papuma. Nama Papuma merupakan singkatan dari Pasir Putih Malikan. Disebut Malikan karena ada batu-batu yang bisa berbunyi khas saat terkena ombak. Batu Malikan merupakan karang-karang pipih yang mirip seperti kerang besar yang menjadi dasar sebuah batu karang. Di sana, terdapat warung sederhana berderet setelah area parkir.
Pantai seluas 50 hektare itu dikelilingi hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani. Wisatawan dilarang keras berenang di pantai ini karena gelombangnya sangat kuat. Tapi mereka tetap bisa menikmati keindahan pantai ini sembari berjalan atau duduk di tepi pantai.
Di ujung pantai, tak jauh dari tanjung, tampak dua orang sedang melakukan ritual. Mereka, dengan hanya mengenakan kemban, dimandikan oleh seseorang secara bergantian. Entah ritual untuk apa, saya tidak mau menganggunya.
ANDRY TRIYANTO | RINA W.