TEMPO.CO, Manhattan - Kapten pesawat Germanwings yang jatuh awal pekan ini diidentifikasi sebagai Patrick Sonderheimer. Dia bergabung dengan Germanwings pada Mei 2014. Namun dia telah bergabung dengan perusahaan induk Lufthansa dan maskapai penerbangan carter Condor selama lebih dari sepuluh tahun.
Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya kepada NBC News, Sabtu, 28 Maret 2015, Patrick memiliki pengalaman lebih dari 6.000 jam menerbangi model A320 Airbus yang jatuh pada Selasa, 24 Maret 2015. Lufthansa mengatakan kepada NBC News, kedua pilot dilatih di pusat pelatihan penerbangan Lufthansa di Bremen, Jerman.
Lubitz, 27 tahun, mengunci Sonderheimer saat keluar dari kabin pesawat Germanwings 9525. Menurut tim investigasi, Lubitz mengarahkan pesawat ke Pegunungan Alpen, Prancis, Selasa, saat sedang dalam perjalanan dari Barcelona, Spanyol, ke Düsseldorf, Jerman.
Lubitz tidak meninggalkan catatan bunuh diri. Namun jaksa di Jerman yang ikut menginvestigasi kasus kecelakaan yang menewaskan semua penumpang pesawat tersebut mengatakan mereka menemukan sobekan catatan dokter yang tidak mengizinkan dia bekerja. Adapun Germanwings mengatakan pihaknya tidak menerima catatan sakit saat hari kecelakaan itu.
Penyidik tidak merinci penyakit atau mengatakan apakah sakit itu berhubungan dengan mental atau fisik. Salah satu sumber mengatakan kepada The New York Times dan The Wall Street Journal pada Sabtu bahwa Lubitz diperiksa terkait dengan masalah penglihatan yang dapat mempengaruhi kemampuannya dalam bekerja.
Data perekam suara kokpit menyebutkan Lubitz dan kapten berbicara secara alami dan, “Memiliki percakapan yang sangat normal," kata jaksa Brice Robin saat konferensi pers awal pekan ini. Tepat sebelum 10.30, tutur Robin, kapten meninggalkan kokpit, yang mungkin untuk ke kamar mandi. Kontrol pesawat pun di tangan Lubitz.
Beberapa menit kemudian, menurut Robin, Lubitz mengarahkan pesawat turun ke level yang tidak disetujui. Kapten berusaha mendapatkan kembali kendali pesawat melalui pintu ganda yang terkunci. Dia berteriak kepada rekannya dan menggedor pintu kokpit, tapi Lubitz tidak pernah menjawab.
Lubitz tidak mengatakan apa pun dalam delapan menit terakhir menjelang kecelakaan, hanya terdengar napasnya. Peringatan ketinggian muncul saat pesawat mendekati puncak gunung. Suara berikutnya yang lebih kuat: gedoran pintu di kokpit. Suara terakhir sebelum pesawat menabrak gunung hanya jeritan penumpang.
NBCNEWS.COM | BOBBY CHANDRA