TEMPO.CO, Subang - Harga buah rambutan di daerah lumbung rambutan Subang, Jawa Barat, memasuki akhir panen raya yang tengah berlangsung saat ini mengalami terjun bebas. "Sekarang harga jualnya Rp 2.300-2.500 per gedeng (dua ikat)," kata Ujang Caswin, seorang tengkulak rambutan di Kecamatan Dawuan, kepada Tempo, Senin, 30 Maret 2015.
Meski harganya sudah terjun bebas, buah rambutan yang sudah dia kumpulkan dari para petani di sejumlah desa masih menumpuk. "Belum ada bandar yang borong," ujar Caswin.
Ia mengaku baru kali ini mengalami keterlambatan pembelian dari para bandar yang biasanya datang dari Jakarta dan Bandung itu. "Informasinya, sih, gara-gara panennya berbarengan dengan buah durian dan dukuh. Jadi buah-buahan banjir di pasaran," Caswin memberikan alasan. Persoalan kedua akibat hujan yang membuat kualitas buah rambutan jadi jelek.
Ia mengaku membeli rambutan pada tingkat petani Rp 2.000 per ikat. Sebetulnya, kalau ada bandar yang memborongnya, Caswin masih kebagian untung. "Tapi, karena buah rambutan ditumpuk dan membusuk, jadinya rugi," ia menambahkan.
Tengkulak lain, Juandi, mengalami nasib serupa dengan Caswin. "Masa untungnya sudah lewat," ujarnya. Saat panen raya perdana, ia bisa menjual satu ikat rambutan seharga Rp 15-20 ribu dengan harga beli pada tingkat petani Rp 10-15 ribu per ikat.
Gara-gara harga jualnya terjun bebas, sebagian tengkulak buah rambutan terpaksa melakukan jeda memetik. "Kalau terus dipaksakan memetik, kerugian yang diderita akan lebih besar," kata Caswin.
Pantauan Tempo di sepanjang ruas jalur Subang-Kalijati yang menjadi pusat penjualan rambutan produksi Subang, rambutan tampak menumpuk hampir di setiap pangkalan. Akibat terus diguyur hujan, kualitas rambutan jadi jelek dan tak tahan lama jika disimpan. Sebagian tengkulak membiarkan bulu dan kulit rambutannya layu.
NANANG SUTISNA