TEMPO.CO, Roma - Éder Citadin Martins hanya mencetak satu gol ke gawang Bulgaria dalam laga kualifikasi Piala Eropa 2016 yang berlangsung di Stadion Vassil Levski, Ahad dinihari, 29 Maret 2015. Namun itu sudah cukup membuat pemain berusia 28 tahun ini bergembira. Sebab, dengan satu golnya itu, ia telah menyelamatkan Italia dari kekalahan.
Eder baru dimainkan pada menit ke-58. Saat itu Italia telah tertinggal 1-2. Mereka sempat unggul lebih dulu lewat gol bunuh diri pemain Bulgaria, Yordan Minev, pada menit ke-4. Namun keunggulan Italia itu tak bertahan lama karena Bulgaria segera membalas lewat dua gol beruntun yang dicetak Ivelin Popov dan Ilian Micanski, masing-masing pada menit ke-11 dan ke-17.
Eder, yang masuk menggantikan Simone Zaza, akhirnya tampil sebagai pahlawan bagi Italia lewat golnya pada menit ke-85. Gol ini membuat Bulgaria terpaksa membatalkan pesta kemenangan mereka. “Pelatih telah memberikan kepercayaan yang besar kepada saya, sehingga saya sangat senang bisa mencetak gol. Apalagi ini adalah laga debut saya,” kata Eder seperti dikutip dari Football Italia, kemarin.
Selain menjadi penyelamat Italia dari kekalahan, satu gol Eder itu membungkam para pengkritik yang menganggap ia tak layak berada di tim nasional Italia. Salah satu pengkritik itu adalah Roberto Mancini. Mantan pelatih Manchester City ini menilai Eder semestinya tak bisa membela Italia karena dia bukan orang Italia. “Pemain yang membela timnas Italia haruslah orang Italia. Mereka yang tidak lahir di Italia seharusnya tidak boleh membela tim nasional,” kata Mancini.
Kritik Mancini dilemparkan hanya beberapa jam setelah pelatih tim nasional Italia, Antonio Conte, mengumumkan nama-nama pemain yang akan melawan Bulgaria.
Dalam tim bentukan Conte tersebut ada dua pemain yang, menurut Mancini, bukan orang Italia. Mereka adalah Franco Vazquez dan Eder. Vazquez adalah gelandang Palermo. Ia memang lahir di Argentina, tapi ibunya adalah orang Italia. Karena itu, ia bisa memiliki paspor Italia.
Adapun Eder lahir di Lauro Muller, Santa Catarina, Brasil. Ia bisa mendapat paspor Italia karena kakek dan neneknya adalah orang Italia.
Antonio Conte menjawab kritik Mancini tersebut dengan mengatakan dia memanggil Vanzquez dan Eder karena keduanya bermain bagus musim ini di Seri A. “Saya memanggil keduanya karena mereka cukup layak mendapatkan kesempatan bermain di tim nasional. Namun saya menghormati pendapat Mancini,” kata Conte.
Anggapan bahwa pemain tim nasional Italia harus orang Italia asli yang disampaikan Mancini sejatinya tak memiliki dasar. Sebab, sejarah tim nasional Italia dipenuhi para pemain imigran.
Di Italia, para pemain imigran ini disebut oriundi. Mereka sudah ada sejak 95 tahun lalu, ketika Ermanno Aebi, yang berasal dari Swiss, menjalani debutnya untuk timnas Italia pada 1920.
Hingga kini setidaknya tercatat 43 oriundi yang pernah membela Azzuri—julukan timnas Italia. Beberapa di antaranya adalah Thiago Motta, Pablo Osvaldo, Gabriel Paletta, Amauri, dan Cristian Ledesma.
Bahkan Italia tak akan mungkin meraih trofi Piala Dunia 2006 jika tak ada bantuan Mauro Camoranesi, seorang oriundi asal Argentina. Negeri Tango memang menjadi pengekspororiundi terbanyak, diikuti Brasil, Swiss, dan Uruguay.
Meski imigran, kebanyakan oriundi memiliki ikatan yang kuat dengan Italia karena orang tua, nenek-kakek, atau buyut mereka adalah orang Italia. Dengan begitu, kritik Mancini sungguh tak beralasan. “Apa yang dia katakan itu sungguh memalukan, tapi saya bisa memahaminya. Saya bersyukur karena para pemain bersikap sangat ramah kepada saya,” kata Eder.
Mancini tak lagi memberikan komentar setelah Italia menahan imbang Bulgaria. Gol Eder mungkin telah membungkamnya.
FOOTBALL ITALIA | ESPN FC | GOAL | DWI RIYANTO AGUSTIAR