TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo berkukuh menutup keran impor beras melalui Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 yang diterbitkan Selasa, 17 Maret lalu. Jokowi memilih menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras kepada petani. Dengan cara ini Perum Bulog meyakini lebih mudah membeli beras domestik untuk mencapai volume aman cadangan beras sekitar dua juta ton.
Di tengah upaya pemerintah menjinakkan harga beras yang sempat tembus Rp 10.500 dari harga normal Rp 7.500-8.000 per kilogram, beras impor ilegal diduga kuat masuk melalui pantai pesisir timur Sumatera. Seorang pengusaha yang mengetahui aktivitas bongkar-muat beras ilegal ini mengatakan beras impor ilegal masih deras masuk hingga Ahad, 29 Maret lalu.
"Dua kapal menyelundupkan 28 kontainer beras sejak Sabtu lalu. Bongkar-muat di Sungai Kuala Betara, Serdang, Jambi," katanya kepada Tempo, Ahad, 29 Maret 2015.
Direktur Penindakan dan Penyidikan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Harry Mulya mengatakan belum ada laporan resmi mengenai dugaan bongkar-muat beras impor ilegal di Jambi. "Tolong konfirmasi ke Bea Cukai Jambi," katanya. Adapun Kepala Bea dan Cukai Jambi Suryana membantah adanya kapal mengangkut beras ilegal. "Tidak ada kapal membawa beras ke Tungkal atau Jambi," ujarnya.
Beras impor ilegal asal Vietnam yang diangkut dari Malaysia diduga masuk lewat pesisir timur Sumatera sejak Agustus lalu. Beras impor ilegal ini memanfaatkan siklus beras mahal di pasar domestik yang berlangsung November hingga Maret. Seorang pengusaha mengatakan beras impor ini dibeli dengan harga Sing$ 15 per 25 kilogram atau setara Rp 5.700 per kilogram di Malaysia. Harga tersebut lebih murah dari harga beras medium di level normal yaitu Rp 7.500-8.000, apalagi pada level mahal sekitar Rp 10.000-10.500 per kilogram.
Importir menggunakan beragam kapal untuk mengangkut beras impor. Kapal tersebut berukuran 300-700 ton. Beberapa nama kapal yang kerap digunakan adalah KM Lautan Jaya, KM Bintang Selamanya, KM Lautan Jaya III, KM Lautan Jaya V, KM Lili Jaya, KM Rezeki Hasil Laut, KM Citra Mareno, KM Wahyu Dua, KM Restu Wira, KLM Sabrida, dan KLM Kartajaya.
Kapal ini tidak hanya mengangkut beras impor tetapi mengangkut komoditas yang sedang mengalami lonjakan harga di dalam negeri. "Sering memasukkan gula rafinasi dan juga pernah mengangkut bawang merah," kata seorang pedagang yang mengetahui aktivitas bongkar-muat kapal-kapal tadi.
AKBAR TRI KURNIAWAN