TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan warga di sekitar kediaman mendiang Tari Arizona menonton rekonstruksi pembunuhan yang dilakukan tersangka Suhardi alias Rudi, 22 tahun, Rabu, 1 April 2015. Tari adalah pegawai di Pengadilan Tinggi Pontianak yang tewas mengenaskan di kediamannya, Jalan Tani Makmur Nomor 9, Pontianak.
"Saya penasaran bagaimana wajah pembunuh Tari," ujar warga, Sri Mulyati, 52 tahun, warga Kotabaru.
Rekonstruksi pembunuhan Tari dimulai pukul 09.00 WIB. Rekonstruksi itu menarik perhatian warga sekitarnya yang tadinya akan pergi ke pasar. Letak pasar pagi puskesmas hanya berkisar 100 meter dari kediaman Tari.
Rekonstruksi tersebut dijaga petugas Polsek Pontianak Selatan dan Samapta Polresta Pontianak. Kepala Polresta Pontianak Komisaris Besar R. Heru Prakoso turun langsung dalam rekonstruksi tersebut.
Pelaksanaan rekonstruksi juga disaksikan ayah Tari, Muhammad Taufik, serta saudara sepupu korban, Aranda Drajad, 35 tahun. Ayah Tari hanya melihat dari pekarangan rumahnya. Dengan wajah sedih, Taufik hanya berbincang-bincang dengan petugas kepolisian.
Mengenakan baju koko putih dengan tasbih melilit tangan kanannya, Taufik melafalkan zikir sambil mengamati jalannya rekonstruksi. Dia mengaku sudah hampir sebulan izin dari kantornya. "Saya ikuti terus jalannya kasus ini, mungkin hingga peringatan 40 hari,” ucap Taufik.
Sementara itu, warga sekitar tampak bereaksi ketika tersangka akan melakukan adegan mengambil sepeda motor korban. Farida, bibi korban, dengan emosi melempar tersangka dengan botol air mineral. "Dia harus mengatakan yang sebenarnya," kata Farida sambil menangis.
Tari ditemukan tewas dengan bersimbah darah di kediamannya. Dia didapati tertelungkup dengan kedua tangan terikat ke belakang. Kepalanya luka berat, mulutnya ditutup lakban.
Rudi, pembunuh Tari, mengaku kalap karena korban menamparnya ketika menerobos masuk ke rumah Tari. Pelaku bahkan berkelahi dengan Tari, yang ketika itu hendak berganti pakaian dan hanya mengenakan pakaian dalam.
ASEANTY PAHLEVI