TEMPO.CO, Jakarta - Pintu kamar ukuran 3 x 4 meter itu terganjal kain gorden. Kain sepanjang satu meter tersebut difungsikan sebagai pintu karena pintu kamar bernomor 208 itu rusak. Di kamar inilah, Akseyna Ahad Dori, 18 tahun, mahasiswa jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, tinggal.
Hampir dua tahun Ace--panggilan akrab Akseyna--tinggal di Wisma Widya, Jalan Kabel Nomor 3 RT 04 RW 05, Beji, Depok, Jawa Barat. Di kompleks kos-kosan seluas 900 meter persegi itu, penghuni lain kebanyakan tak mengenali Ace.
Darma, 19 tahun, mahasiswa Jurusan Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, misalnya. "Jarang ketemu," ucap dia, Rabu, 1 April 2015. Bahkan, ia mengaku jarang bertegur sapa dengan Ace.
Ace ditemukan tewas di Danau Kenanga, kampus UI, pada Kamis pekan lalu, 26 Maret 2015. Penyebab kematian mahasiswa asal Yogyakarta itu belum pasti. Saat diketemukan, di dalam tas korban terdapat beberapa bongkahan batu.
Polisi belum bisa menyimpulkan kematian mahasiswa Biologi ini: apakah bunuh diri atau dibunuh. "Masih dalam penyelidikan," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Agus Salim.
Edi Sukardi, 42 tahun, penjaga kos, menyebut Ace sebagai mahasiswa yang tertutup. Ace jarang bertegur sapa dengan penghuni lain. Begitu juga dengan dirinya. "Tertutup orangnya, di kamar terus," ujar Edi.
Ia terakhir melihat Ace pada Selasa malam, 24 Maret 2015. Waktu itu Ace tengah mengambil air minum di dapur. Tak ada tegur sapa. Belakangan, ia baru tahu yang meninggal di danau itu adalah Ace. "Saya terkejut juga," katanya.
Menurut Edi, perilaku Ace dalam beberapa hal memang beda. Ia menilai anak yang kos di lantai dua itu tengah mengalami masalah. Namun, ia tak berani menanyakan persoalannya. "Kelihatannya lagi pusing, memikirkan sesuatu," ujar Edi.
Meski kelihatan bermasalah, ia tak curiga jika Ace akan mengakhiri hidupnya. Sebab, pada Jumat, 29 Maret 2015, teman Ace sesama jurusan, Jibril, datang ke kamar Ace. Jibril, ujar dia, adalah salah satu teman dekat Ace. Dia datang seorang diri dan langsung ke kamar Ace. Ketika itu, Jibril langsung pulang lagi karena Ace tidak ditemukan di dalam kamar.
Jumat sore, Edi melanjutkan, tante Ace datang. Ia menanyakan keberadaan Ace karena sudah dua hari tidak ada kabar. Karena tidak ada hasil, tante Ace pun pulang. Ia sempat berpesan ke Edi, jika ada kabar tentang Ace tolong segera diberitahu.
Jibril kemudian datang lagi Minggu sore, 29 Maret 2015. Karena tak ada sahutan di dalam kamar, dia dan Edi membuka kamar Ace dengan kunci cadangan. "Pas dibuka kamar berantakan. Laptop, dompet, dan handphone ternyata ada di dalam kamar," ujar Edi. Kedua alat elektronik itu dalam kondisi mati.
Edi pun menyuruh Jibril membereskan kamar tersebut. Dia juga meminta Jibril untuk menginap di kamar Ace Minggu malamnya. Sebelum keluar, Edi ditunjukkan oleh Jibril kertas bertulisan bahasa Inggris. "Jibril yang melihatkan tulisan itu ke saya. Tulisan itu menempel ditempelkan di paku yang tertancap di dinding kamar,” katanya.
Kasat Serse Agus membenarkan Jibril menginap di kos-kosan Ace pada Minggu malam, 29 Maret 2015. Jibril, salah satu mahasiswa yang diperiksa oleh polisi sebagai saksi. "Dari keterangannya, memang dia di tempat kos Ace Minggu malam," ucap dia.
Menurut Agus, pada Minggu malam tidak hanya Jibril yang datang ke kos Ace. Teman-temannya yang lain juga turut datang. Mereka mencoba membuka laptop Ace yang terkunci.
Saat dimintai konfirmasi, beberapa mahasiswa jurusan Biologi yang seangkatan dengan Ace tak mau berkomentar. Mereka malah menghindar dari Tempo. "Maaf ya enggak ada komentar," ujar salah seorang mahasiswi. Di kampus, Jibril juga tidak tampak.
Menurut Nouvan Iqbal, mahasiswa jurusan Biologi, Jibril sudah dua hari tidak kelihatan di kampus.
ERWAN HERMAWAN