TEMPO.CO, Makassar - Gubernur Syahrul Yasin Limpo yang juga menjabat Ketua DPD I Golkar Sulawesi Selatan, mengisyaratkan tak ingin menjadi pengkhianat perihal konflik yang terjadi di internal partai berlambang pohon beringin.
"Bagi orang Bugis-Makassar menunjung tinggi nilai kebenaran. Karena itu jangan menjadi penghianat. Konflik yang terjadi di Golkar, kami ikut yang benar," kata Syahrul kepada wartawan ketika ditemui di kantin Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan, Kamis 2 April 2015.
Untuk diketahui, dalam sidang Pengadilan Tata Usaha Negara, Rabu 1 April di Jakarta, majelis hakim memutuskan memerintahkan Menkum HAM Yasonna Laoly menunda pemberlakuan Surat Keputusan (SK) yang mengesahkan kepengurusan Golkar kubu Agung Laksono.
Syahrul menambahkan, pasca putusan tersebut, golkar di Sulawesi Selatan tetap solid. Tidak terpecah-pecah bahkan tidak mendukung kubu manapun yakni hasil munas Bali dan Ancol. "Kami ikut yang benar. Sambil menunggu putusan inkra,"ujar dia.
Dia juga mengatakan, tidak khawatir apabila jabatannya sebagai Ketua DPD I Golkar Sulawesi Selatan direbut oleh Erwin Aksa yang disebut-sebut sebagai calon pelaksana tugas memimpin partai ini di wilayah tersebut. Menurutnya, jabatan itu adalah sebuah amanah, sehingga ia tidak mempersoalkannya.
"Yang terpenting bagaimana membesarkan partai dan lebih mengutamakan kepentingan rakyat," kata dia.
Syahrul pun menghimbau kepada kader golkar yang akan ikut dipemilihan bupati sebelas kabupaten di Sulawesi Selatan untuk tidak gamang.
Dia mempersilahkan melakukan sosialisasi, kendati konflik Golkar masih berlangsung. Menurutnya, Golkar tetap ikut dalam pemilihan ini.
"Tidak perlu kuatir. Mau mengendarai partai atau berkoalisi dengan partai lain tidak masalah. Yang terpenting kader golkar harus ikut. Tidak boleh tidak,"jelasnya.
ARDIANSYAH RAZAK BAKRI