TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan studi kelayakan Pelabuhan Cilamaya sebelumnya belum mempertimbangkan rencana pengembangan operasi blok minyak dan gas bumi Off Shore North West Java di sekitar Cilamaya, Karawang, Jawa Barat.
"Studi sebelumnya nggak melihat. Studi sebelumnya hanya membuat koridor alur pelayaran selebar 4 kilometer," kata Indroyono di kantornya, Jakarta, Kamis, 2 April 2015.
Padahal, menurut Indroyono, koridor yang diperlukan selebar 10 kilometer. "Kami kan ambil kebijakan nggak harus dari hasil studi. Tadi kami melihat sendiri lokasi dari helikopter dan banyak sekali anjungan di sana. Bukan lihat dari gambar," kata Indroyono.
Sebelumnya, Indroyono mengatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah memutuskan lokasi rencana proyek Pelabuhan Cilamaya digeser. Keputusan itu diambil setelah JK bersama Indroyono, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, dan Kepala SKK Migas Amin Surnaryadi melihat langsung dari atas helikopter lokasi rencana proyek.
Proyek Cilamaya menjadi polemik karena Pertamina menolak dengan alasan mengancam keberadaan jaringan pipa migas dan anjungan ONWJ di sekitar Cilamaya. Sementara Kementerian Perhubungan menyatakan kekhawatiran Pertamina sudah dikaji dalam studi kelayakan proyek yang kelar sejak 2014 yang menyatakan proyek aman dilanjutkan.
Proyek ini sendiri merupakan inisiasi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan masuk dalam proyek MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia).
Indroyono menambahkan ke depan, PT Pertamina (Persero) selaku pengelola ONWJ akan meningkatkan volume produksi dari 40 ribu barel menjadi 50 ribu barel minyak per hari pada 2020. Sementara produksi gas naik dari 180 juta kubik feet per hari menjadi 200 juta kubik feet per hari.
KHAIRUL ANAM