TEMPO.CO, Bantul - Kepolisian Resor Bantul merilis informasi mengenai adanya dua warga asal Kabupaten Bantul yang sudah pergi ke negara Suriah, basis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), baru-baru ini. Informasi itu terlacak dari data keimigrasian.
Sebelumnya, saat berkunjung ke Universitas Gadjah Mada (UGM) pada pekan lalu, peneliti terorisme dari Internasional Crisis Group (ICG), Sidney Jones, juga menyatakan ada empat alumnus Pesantren Ngruki, Solo, yang bergabung dengan ISIS. Mereka semula adalah relawan Jabhat Al-Nushro, organisasi pendukung Al-Qaeda di Suriah yang menentang ISIS, tapi kemudian beralih kubu. Satu dari keempat orang itu, menurut Sidney, berasal dari Yogyakarta.
Kepala Polres Bantul Ajun Komisaris Besar Surawan mengaku menerima data catatan perjalanan dua warga Bantul tersebut dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Keduanya adalah warga Kecamatan Bambanglipuro dan Kecamatan Banguntapan. "Berdasar kartu keluarga-nya juga asli daerah itu," kata Surawan kepada Tempo, Kamis, 2 April 2015.
Namun, Surawan belum bisa memastikan kepergian dua warga Bantul ke Suriah itu untuk berperang dan bergabung dengan ISIS atau tidak. Dia menolak menjelaskan alamat detail dan nama keduanya. "Jangan, nanti malah lari," kata dia.
Warga asal Kecamatan Banguntapan itu tercatat beberapa kali bepergian ke Suriah. Saat ini, menurut Surawan, orang itu kembali ke rumahnya beberapa bulan lalu. "Orang ini sudah paruh baya dan sering mengisi ceramah agama," kata Surawan.
Adapun orang dari Kecamatan Bambanglipuro masih berada di Suriah. Pemuda tersebut tercatat berangkat ke Suriah enam bulan lalu dan belum kembali. "Belum jelas apa tujuan mereka ke Suriah," kata Surawan.
Polisi masih berupaya melakukan pendekatan ke warga Banguntapan yang sudah pulang dari Suriah. Sejauh ini, "Kami memantau saja aktivitasnya, jangan sampai merekrut banyak relawan untuk ikut perang di Suriah," kata dia.
Di Bantul pernah ada dua kasus pengibaran bendera ISIS pada pertengahan 2014. Pengibaran bendera itu terjadi di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, dan dibawa oleh para demonstran di depan Masjid Agung Bantul pada pertengahan 2014.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM