TEMPO.CO, Bengkulu - Warga Bengkulu mulai mengurangi konsumsi nasi. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya konsumsi beras di Provinsi Bengkulu pada 2014. Konsumsi tersebut mengalami penurunan sebesar 9,23 persen dari 111,6 kilogram per orang per tahun pada 2013 menjadi 101,3 kilogram per orang per tahun pada 2014.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah dalam pengantar laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur Bengkulu tahun anggaran 2014 pada sidang paripurna di gedung DPRD Bengkulu, Senin, 6 April 2015.
"Ketergantungan beras tinggi secara nasional. Salah satu yang kita lakukan untuk mengurangi kebutuhan tersebut adalah penganekaragaman pangan, salah satunya mengganti nasi dengan jagung, ubi, dan makanan lain," kata Junaidi Hamsyah.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu Muslih menambahkan, saat ini telah terjadi perubahan perilaku konsumsi masyarakat Bengkulu.
"Kesadaran masyarakat tentang bahaya konsumsi nasi yang berlebihan menunjukkan bahwa masyarakat telah mengerti pentingnya gaya hidup sehat. Salah satu buktinya, mereka mengurangi konsumsi nasi," ucapnya saat ditemui dalam acara yang sama.
Muslih mengatakan ketergantungan masyarakat terhadap beras yang tinggi jika tidak diimbangi dengan konsumsi bahan pokok lain akan menimbulkan ancaman kerawanan pangan. Apalagi saat ini, menurut dia, produksi beras di Bengkulu mengalami penurunan dari 122.955 ton pada 2013 menjadi 103.97 ton pada 2014.
Karena itu, dia melanjutkan, perubahan perilaku masyarakat Bengkulu ini adalah suatu hal yang baik. Dia berharap semakin banyak warga Bengkulu mengurangi konsumsi nasi untuk mencapai target angka konsumsi beras 90 kilogram per orang per tahun pada 2015.
PHESI ESTER JULIKAWATI