TEMPO.CO, Kairo - Sejumlah militan Islam menyerbu dua kota terbesar di Mesir dan sebuah gereja di Alxeandria, Ahad, 5 April 2015, menyebabkan seorang polisi tewas dan tujuh korban lainnya luka-luka.
Insiden berlangsung ketika sebuah bom meledak di atas sebuah jembatan yang menghubungkan Kairo dengan Distrik Zamalek, tempat sejumlah kantor kedutaan berdiri. Peristiwa ini, menurut keterangan Menteri Dalam Negeri kepada Reuters, mengakibatkan seorang polisi tewas. "Dua perwira polisi dan seorang warga sipil cedera."
Kelompok militan Ajnad Misr, melalui akun Twitter, mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom tersebut. "Tuhan telah mendorong keberanian tentara kami menanam bom di atas jembatan tempat petugas keamanan berdiri," kata Ajnad Misr.
Adapun serangan kedua berlangsung di Alexandria, ketika para milisi yang berada di dalam minibus menembakkan senjata api ke arah Gereja Angel Rafael sehingga menyebabkan seorang petugas keamanan cedera. "Tiga warga sipil luka-luka dilarikan ke rumah sakit."
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri dalam keterangannya kepada media, mengatakan, petugas keamanan berhasil membunuh pendiri dan pemimpin Ajnad Misr. Pemimpin Ajnad Misr, Hammam Mohamed Ahmed Attia, tewas ditembak petugas dalam sebuah bentrok bersenjata sekitar pukul 01.00 pagi waktu setempat (23.00 GMT) di sebuah apartemen di Giza, daerah di pinggiran ibu kota.
Mesir sedang dihadapkan dengan pemberontakan di Sinai Utara yang menyebabkan puluhan tentara dan polisi tewas. Ini terjadi sejak militer menumbangkan presiden dari kalangan Islam, Mohamed Mursi, pada 2013, menyusul kerusuhan massal menuntut penurunannya.
Hampir semua serangan yang dilakukan oleh kaum militan berlangsung di Jazirah Sinai, sebuah kawasan terpencil namun sangat strategis karena terletak di perbatasan Gaza, Israel, dan Trusan Kanal. Serangan bom berskala kecil belakangan ini meningkat di Kairo dan kota-kota lainnya.
AL ARABIYA | CHOIRUL