TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kenya mengatakan Mohamed Mohamud adalah otak penyerangan di Universitas Kenya yang menewaskan 150 orang, pada Kamis pekan lalu.
Kementerian Dalam Negeri Kenya menyatakan Mohamud atau dikenal dengan nama alias Dulya Din dan Gamadhere merupakan pemimpin senior kelompok teroris Al-Shabaab.
Mengutip dari CNN, Al-Shabaab adalah jaringan al-Qaedah yang berpusat di Somalia. Mohamud adalah "orang yang memiliki jaringan teroris yang luas di Kenya," berdasarkan dokumen dari kementerian yang diberikan kepada CNN.
Kementerian juga mengeluarkan selebaran dengan cap "Most Wanted" untuk Mohamud. Mereka menawarkan hadiah 20 juta shilling Kenya, yaitu sekitar US$ 215.000 (Rp 2,7 miliar) bagi siapa saja yang menemukan Mahamud.
"Kami menawarkan kepada siapa pun yang mendapatkan informasi #Gamadhere kepada pihak berwajib dan pemerintah," kata Menteri Dalam Negeri Kenya dalam Twitter.
Dokumen itu menjelaskan, Mohamud bertanggung jawab atas operasi eksternal terhadap Kenya, dan dia adalah komandan regional dalam Al-Shabaab yang bertanggung jawab atas wilayah Juba.
Ia berperan memerintahkan milisi di sepanjang perbatasan dan "bertanggung jawab atas serangan lintas-perbatasan di negara ini."
Serangan ke Universitas Kenya tersebut juga menyoroti tweet yang mengatakan anak seorang pejabat pemerintah Kenya diduga terlibat sebagai penyerang ke Universitas Garissa, Kenya.
Ayahnya, Abdullahi Daqare, seorang pejabat di Mandera, Kenya Utara menyatakan anaknya Abdirahim Abdullahi hilang. Abdiraim seorang lulusan sarjana hukum dan bekerja di bank. Adapun Daqare orang Kenya Somalia.
"Saya menerima laporan dari orang-orang di Internet yang bilang anak saya adalah salah seorang dari teroris itu. Saya pikir ketika saya bilang anak saya hilang, saya akan menemukan keberadaannya," kata Daqare.
CNN|YON DEMA