TEMPO.CO, Surabaya - Pemain Persebaya Surabaya menginginkan suporternya bersatu kembali. Pemain dari klub berjulukan laskar bajul ijo itu merindukan dukungan yang besar dari para fans dalam menjalani semua pertandingan di laga Liga Super Indonesia yang tahun ini bernama Qatar National Bank (QNB) League.
Keinginan itu diungkap dengan cara merentangkan spanduk bertuliskan "Bersatulah Bonek". Spanduk dibawa sebelum Persebaya menjalani laga perdana dengan menjamu Mitra Kukar di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Ahad petang 5 April 2015.
Saat itu, beberapa wartawan foto sempat mengabadikannya sebelum spanduk dilepas kembali oleh para pemain. Meski hanya beberapa menit, dipastikan hampir semua penonton yang ada di Stadion Gelora Bung Tomo mengetahui adanya spanduk kecil itu.
Pelatih Persebaya, Ibnu Grahan, mengaku tidak tahu adanya 'misi' membawa spanduk itu ke tengah lapangan. Namun sebelumnya dia mengungkap pula bahwa dualisme kepengurusan klub sepak bola kebanggaan Kota Surabaya itu telah berimbas pada mental bermain anak asuhnya.
Dualisme digunakan oleh Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) untuk tidak merekomendasikan Persebaya untuk disertakan dalam kompetisi tahun ini. "Teman-teman kan tahu sendiri, Persebaya itu masih ada dualisme," kata Ibnu usai laga versus Mitra Kukar.
Menurut Ibnu, bonek selaku supporter setia Persebaya merupakan kekuatan tambahan dalam setiap pertandingan. Tetapi yang terjadi sebelum pertandingan itu sebagian dari mereka berunjuk rasa menentang adanya pertandingan sesuai rekomendasi BOPI. "Suporter (Bonek) itu kekuatan kami, jadi hilangkanlah egoisme itu, sekarang perlu pikirkan bola dan bola demi masa depan Persebaya," kata dia.
Sampai saat ini dualisme terjadi dalam kepemilikan Persebaya sekaligus suporternya. Ada Persebaya 1927 bersama suporternya bernama Arek Bonek 1927, ada pula Persebaya versi PT Mitra Muda Inti Berlian (PT MMIB) dan suporternya bernama bonek.
Dualisme itu kembali mencuat ketika BOPI melakukan verifikasi terhadap 18 klub peserta QNB League. Hasilnya, hanya 16 klub dinyatakan lolos verifikasi, sementara dua klub besar di Jawa Timur, yaitu Persebaya Surabaya dan Arema Cronus tidak lolos dan tidak mendapatkan rekomendasi karena masalah dualisme kepengurusan klub dan juga tunggakan gaji pegawai.
Namun begitu, Persebaya, Arema, serta pengurus PSSI memilih mengabaikan rekomendasi itu. Hal ini terbukti dengan laga perdana yang sudah dilalui kedua klub tersebut pada Sabtu, 4 April, dan Ahad, 5 April 2015.
MOHAMMAD SYARRAFAH