TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengaku telah melakukan intervensi dengan serius meski nilai tukar rupiah terus melemah menjadi Rp 13.002 hari ini dari Rp 12.982 per dolar. Cadangan devisa bulan Maret 2015 pun tercatat US$ 111,6 miliar, lebih rendah dari bulan sebelumnya US$ 115,5 miliar.
Kendati demikian Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara tidak risau dengan pelemahan tersebut. Kondisi ini menurut Mirza lebih disebabkan faktor eksternal yakni penguatan dolar Amerika Serikat terhadap semua mata uang dunia.
"Kita ini melemah katakan sekitar 4 atau 5 persen. Negara-negara lain, seperti euro saja melemah 15 persen jadi enggak harus terlalu kita khawatirkan," katanya di kantor Presiden, Rabu 8 April 2015.
Mirza menambahkan penurunan cadangan devisa ini dipengaruhi peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu juga dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah agar sesuai dengan fundamental.
Meski menurun, posisi cadangan devisa per akhir Maret masih cukup untuk membiayai 6,9 bulan impor dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Menurut Mirza, yang penting pemerintah sudah berjalan pada trek yang benar untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. "Kalau defisitnya berkurang pasti rupiahnya stabil dan menguat," katanya.
ALI HIDAYAT