TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu 8 April 2015 terkoreksi cukup signifikan. Indeks saham ditutup melemah 36,70 poin (0,66 persen) ke level 5.486,58. Indeks mengalami koreksi kendati bursa Asia lainnya cenderung ditutup pada teritori positif.
Penguatan indeks pada hari Selasa mendorong investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking).
Analis PT Mega Capital Indonesia, Helen Vincentia, mengatakan tidak adanya katalis positif dari dalam negeri membuat pelaku pasar tidak punya pilihan selain melepas saham. Naiknya IHSG mencapai rekor tertinggi telah mengerek harga saham menjadi semakin mahal.
"Pelaku pasar baik lokal maupun asing akhirnya tergiur untuk menjual sebagian sahamnya," katanya.
Meski demikian, menurut Helen, koreksi yang terjadi masih dinilai sehat. Pasalnya, valuasi saham yang terlalu tinggi perlu mengalami normalisasi agar sesuai dengan nilai wajarnya. Secara fundamental, laporan kinerja emiten di kuartal pertama cukup baik namun masih di bawah ekspektasi pasar.
Helen menambahkan, setelah berakhirnya musim laporan keuangan kuartal pertama, IHSG bakal cenderung konsolidasi dan transaksi pasar akan lebih sepi. Pasar menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang diperkirakan lebih lambat dibanding sebelumnya.
"Pasar akan menghitung sejauh mana kebijakan-kebijakan pemerintah di kuartal pertama seperti kenaikan tarif listrik dan BBM terhadap emiten," katanya.
Selain itu, pasar juga menunggu perkembangan rencana kenaikan bunga di Amerika Serikat karena akan berpengaruh terhadap likuiditas dana asing dan volatilitas rupiah. Faktor rupiah juga penting karena banyak emiten bursa yang bahan bakunya diimpor dari luar dan memiliki utang dalam bentuk dolar.
Indeks saham diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi di kisaran 5.460-5.520. Saham-saham yang masih memiliki potensi naik antara lain saham-saham perbankan dan infrastruktur.
"Saham perbankan ditopang oleh kinerjanya sementara saham infrastruktur diuntungkan oleh stimulus anggaran pemerintah," ujar Helen.
PDAT | M. AZHAR