TEMPO.CO, Jember - Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil mengatakan keberadaan sebelas pabrik gula rafinasi telah menjadi mesin pembunuh bagi para petani tebu. Jumlah pabrik gula rafinasi kini semakin banyak.
"Jika dulu hanya ada 3 pabrik dengan produksi hanya 500 ribu ton per tahun, saat ini ada 11 pabrik gula rafinasi dengan kemampuan produksi bisa mencapai 5 juta ton per tahun," kata Arum dalam acara dialog antara Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno dengan petani tebu dan karyawan pabrik gula di Jember, Selasa, 7 April 2015.
Arum menambahkan, kebutuhan konsumsi gula nasional untuk industri makanan dan minuman hanya 2,2 juta ton. "Mengapa justru kapasitas produksi gula rafinasi saat ini sampai 5 juta ton," kata Arum.
Untuk kepentingan konsumsi rumah tangga sebanyak 2,3 juta ton per tahun, sudah tercukupi dari produksi gula dalam negeri yang sebanyak 2,5 juta ton. "Urusan rumah tangga sudah selesai, tinggal urusan industri," katanya.
Namun, kata Arum, untuk urusan industri seharusnya pemerintah lebih arif menghitung kebutuhan impor. "Harusnya berdasarkan kuota kebutuhan dalam negeri."
Rini menceritakan bahwa ketika dulu dirinya masih menjabat sebagai menteri perindustrian dan perdagangan, izin pabrik baru gula rafinasi menjadi negatif list. Saat itu sudah ada empat pabrik gula rafinasi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan produsen makanan dan minuman dengan harapan 2009 sudah dapat berswasembada gula.
"Dan harga kita kompetitif. Apa artinya kompetitif? Harga gula produksi dalam negeri sama dengan harga internasional," kata Rini.
DAVID PRIYASIDHARTA