TEMPO.CO, Bangkalan - Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Bangkalan Ajun Komisaris Andy Purnomo mengatakan hasil penyelidikan sementara polisi menyebutkan peristiwa carok (duel bersenjata tajam khas Madura) yang terjadi pada pentas orkes dangdut di Kampung Kramat, Desa Petapan, Kecamatan Labang, Rabu malam, 8 April 2015, dipicu masalah sepele. "Masalahnya cuma tegur-menegur," kata Andy, Kamis, 9 April 2015.
Ceritanya, pukul 22.30 WIB, Rabu malam, pentas dangdut digelar sebuah keluarga di Kampung Kramat untuk memeriahkan acara pesta pernikahan. Salah satu penontonnya adalah Jazuli, 27 tahun, warga Kampung Labbenah, Desa Sendeng Dejeh, Kecamatan Labang. Pentas orkes yang digelar di tepi jalan itu menyebabkan arus lalu lintas merayap karena banyak penonton memenuhi badan jalan.
Saat itulah, Usman, 28 tahun, warga Kampung Kramat, melintas mengendarai sepeda motor. Kata Andy Purnomo, mungkin karena terlalu kencang, Jazuli menegur Usman agar pelan-pelan. Rupanya, Usman tidak terima ditegur, sehingga cekcok pun terjadi. Situasi memanas setelah Usman menampar wajah Jazuli.
Tak terima wajahnya ditampar, Jazuli lantas menelepon keluarganya di Desa Sendeng Dejeh. Orang yang ditelepon langsung datang ke lokasi orkes dengan membawa kerabat. Kubu Jazuli dan kubu Usman bertemu sekitar seratus meter dari lokasi orkes. "Di situlah perkelahian menggunakan celurit terjadi," tutur Andy.
Tiga orang dari kubu Usman terluka parah dan satu orang berinisial FU meninggal dunia. Sementara dari kubu Jazuli, dua orang terluka dan satu orang berinisial DI, 40 tahun, tewas. Menurut Andy, rata-rata korban tewas karena terluka parah di bagian leher dan kepala.
Baca Juga:
Kedua korban tewas telah dibawa ke rumah duka masing-masing. "Korban luka dari keluarga Jazuli dirawat di Rumah Sakit Dokter Soetomo, Surabaya, adapun korban dari kubu Usman dirawat di Rumah Sakit Syamrabu, Bangkalan," ujar Andy.
Agar bentrok tidak meluas, polisi menempat sejumlah personel di Desa Petapan dan Sendeng Dejeh. "Jika suda reda, kedua kubu akan kami pertemukan," katanya. Ada pun barang bukti yang disita yaitu berupa tiga bilah celurit, satu selongsong pisau, enam buah sandal, serta sebuah topi.
Dari pantauan Tempo di Rumah Sakit Syamprabu, korban luka Usman yang semula akan dirujuk ke Rumah Sakit Dokter Soetomo dialihkan ke Rumah Sakit Suwandi, Mojokerto, untuk mencegah bentrok susulan. "Dipindah ke RS Suwandi, karena korban dari kubu lawan dirawat di RS Soetomo. Takutnya ribut lagi," kata sopir ambulans yang membawa Usman.
Adapun keluarga Usman yang ditemui di Rumah Sakit Syamrabu menolak diwawancara. Mereka mengaku tidak tahu apa-apa. Saat Tempo akan menemui keluarga dua korban yang masih dirawat, pihak rumah sakit tidak mengizinkan dengan alasan keamanan.
MUSTHOFA BISRI