TEMPO.CO, Lamongan - Mardolah, 66 tahun, mengaku sedih melihat nasib delapan cucu dan dua keponakannya yang belakangan ini banyak diperguncingkan orang. Sepuluh orang itu, adalah Ririn dan Tiara berikut delapan anak-anaknya yang baru saja dideportasi Pemerintah Turki. Mereka berangkat ke Turki untuk bertemu suaminya dan diduga bergabung dengan ISIS.
Dolah, panggilan pria asal Kampung Depok, Desa Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur, ini adalah kakak kandung Masriah, Ibu dari Ahsanul Huda, suami Ririn. Aksanul adalah terduga anggota ISIS yang kini masih dipertanyakan keberadaannya di Suriah. Meski saudara dekat, pria ini jarang berkomunikasi dengan adiknya, keponakan dan juga cucu-cucunya di Kampung Gowak, Kelurahan Belimbing. "Saya jarang ngobrol dengan mereka," ujarnya, Kamis 9 April 2014.
Padahal, jarak rumah Dolah dengan Ny Masriah, tak sampai satu kilometer. Jaraknya hanya dibatasi Jalan Raya Dandles juga perbatasan Desa Kandang Semangkon dan Kelurahan Belimbing, Paciran. Menurutnya, tiap kali lewat di rumah adiknya, selalu tutup, termasuk juga sebuah butik kecil yang dikelola Tiara, keponakannya juga, tiga bulan ini tidak buka.
Tapi, tutur Dolah, jauh hari sebelum itu, keluarga Masriah berikut lima anaknya juga cenderung membatasi diri. Padahal, beberapa tahun silam tidak seperti ini keadaannya. Keluarga nelayan dan pedagang di pesisir utara Lamongan ini, kerap berkumpul bersama. Setidaknya, tiap bulan sekali atau saat Hari Raya tiba, selalu ada acara kumpul bersama dan saling bersilaturahmi.
Namun, semenjak ada berita kematian Muhammad Hidayat, terduga teroris yang meninggal disergap Detasemen Khusus 88 pada 22 Juli 2013 silam, semuanya jadi berubah drastis. Maklum, Dayat, panggilannya adalah suami dari Tiara, yang tak lain adalah keponakan Dolah. Kemudian juga perginya Ahsanul Huda, kakak Tiara, yang masih dipertanyakan, masih hidup atau sudah meninggal. Huda, pergi dari rumahnya, pada pertengahan bulan Ramadan 2014 silam, dengn tujuan ke Turki atau di Suriah.
Sejak kejadian itu, praktis keluarga Masriah, beserta anak, menantu dan juga cucu-cucunya seperti menutup diri. Bahkan, juga dengan saudara kandungnya lima orang, dan para tetangganya. Padahal, Dolah mengaku ingin sekali mengajak bicara dan juga berkumpul kembali. Bersilaturrahmi dan juga saling bahu-membahu jika ada masalah keluarga datang. "Saya serba salah jika ingin menasehati mereka," papar Dolah.
Padahal, jika melihat tujuh cucunya dari anak Ririn dan juga satu anak dari Tiara, hatinya jadi sedih. Dia mencontohkan, anak pertama dari Ririn, yaitu Agha, kondisi kakinya infalid alias cacat. Jalannya tidak sempurna karena kakinya mengecil. Demikian juga dengan adik-adiknya yang rata-rata masih usia antara lima sampai 15 tahun. "Tetapi, mereka telah mengalami kehidupan yang kurang tepat di usianya."
SUJATMIKO