TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga Alex Usman dikenal tak ramah kepada warga di sekitar tempat tinggalnya di Kompleks Perumahan Duri Kencana, Jakarta Barat. Warga sekitar tak ada yang betul-betul mengenali seperti apa sosok Alex Usman dan keluarganya.
"Tahu namanya Alex Usman tapi orangnya kayak apa nggak ada yang tahu. Dia kalau pulang malam terus dan nggak pernah menegur," kata Arif, 32 tahun, seorang petugas keamanan kompleks Perumahan Duri Kencana, Rabu, 8 April 2015.
Alex Usman, tersangka pengadaan UPS untuk 25 sekolah di Jakarta Barat, dikenal tertutup. Tak ada yang tahu persis siapa nama istri atau anaknya, selain Rina Usman. "Tahu anaknya yang Rina itu waktu pemilihan dari baliho-baliho Partai Gerindra," kata Arif.
Alex juga dinilai tak pernah menegur tetangga atau satpam. "Paling cuma sopir saja yang klakson minta dibukain pintu kalau pulang malam," kata dia. Sementara Alex, melambaikan tangan pun tidak.
Tak jauh berbeda, Tono, 61 tahun, yang sudah menjadi petugas keamanan sejak 1980-an mengaku sama sekali tak tahu seperti apa keluarga Alex Usman. Ia baru tahu nama lengkap Alex Usman saat kasus UPS bergulir. "Tahunya Pak Alex gitu doang," kata dia.
Alex ditetapkan sebagai tersangka kasus pengadaan UPS beradasarkan hasil gelar perkara pada Jumat, 27 Maret 2015. Alex adalah bekas Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat. Dalam kasus ini, selain Alex, polisi juga menetapkan tersangka Zaenal Soleman, mantan Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Pusat.
Penggelembungan anggaran UPS terjadi saat pembahasan Anggaran Pendapat Belanja Daerah Perubahan DKI Jakarta 2014. Diduga ada oknum DPRD dan Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat serta Utara yang memasukkan anggaran UPS Rp 300 miliar untuk 49 paket ke sejumlah sekolah. Kerugian negara diperkirakan lebih dari Rp 50 miliar.
DINI PRAMITA | SINGGIH SOARES