TEMPO.CO, MAKASSAR — Aksi teror di jalanan dan penjambretan atau sering disebut begal kembali menghantui warga. Sasarannya kini para wanita. Seperti yang dialami Putri, 32 tahun, di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Jalan Urip Sumoharjo, kemarin dinihari. “Saat ditemukan, korban dalam kondisi tak sadarkan diri,” kata Kepala Polsek Panakkukang, Komisaris Tri Hambodo, Jum’at, 10 April 2015.
Ia menjelaskan, Putri, yang sedang mengendarai sepeda motor matik, dihadang dua pelaku begal. Karena ketakutan, ibu rumah tangga itu merelakan kendaraan dirampas. Namun pelaku tidak puas. Korban dipukul dan dibuang ke selokan. “Kami sedang tangani dan selidiki kasus ini,” kata dia.
Safaruddin, petugas keamanan UMI, yang menemukan Putri di selokan, pada awalnya mengira korban telah meninggal. Tapi, setelah diangkat, korban hanya pingsan. Ia bersama sejumlah mahasiswa langsung membawa korban ke RS Ibnu Sina yang berjarak 25 meter dari kampus. “Separuh badan korban dalam kondisi terendam di selokan,” katanya. Petugas keamanan kampus langsung mengamankan barang korban, seperti helm, tas jinjing berisi uang Rp 300 ribu, dan empat unit telepon seluler.
Sehari sebelumnya, kejahatan di jalanan juga menimpa mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Hardiyanti Usman, 23 tahun, warga Perumnas Antang. Hardiyanti dijambret dua pelaku di jembatan layang Jalan A.P. Pettarani. Tas milik Hardiyanti dirampas. Korban sempat melawan dan terseret beberapa meter. Tim reserse kepolisian yang kebetulan melintas di jalan itu menangkap salah satu pelaku, yakni Wahyudi alias Yudi. “Pelaku ini residivis kasus perampokan dan jambret,” ucap Tri.
Wakil Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Sulawesi, Nasrum, mengatakan kepolisian di Makassar memiliki banyak pekerjaan rumah akibat maraknya aksi teror kejahatan jalanan ini. “Kepolisian dan pemerintah harus bisa memberikan jaminan rasa aman.”
TRI YARI KURNIAWAN
VIDEO TERKAIT: