TEMPO.CO, Jakarta - Pemain tunggal putra Indonesia, Simon Santoso, harus berhenti di semifinal Superseries Singapura Terbuka 2015 setelah ditekuk pemain muda asal Jepang, Kento Momota, 10-21, 13-21, di Singapore Indoor Stadium, Sabtu, 11 April 2015. Juara bertahan itu mengungkapkan kekecewaannya terhadap dirinya sendiri.
"Hari ini saya tampil kurang bagus, banyak mati sendiri dan melakukan kesalahan sendiri," ujar Simon kepada Badmintonindonesia.org seusai pertandingan.
Momota sebenarnya bukan lawan yang asing bagi Simon. Dia pernah mengalahkan pemain bulu tangkis Jepang berusia 21 tahun itu di Indonesia Open Grand Prix Gold Badminton 2012.
Menurut Simon, kunci kemenangan Momota terletak pada kesabarannya. "Momota bermain lebih sabar daripada saya," ujar pemain asal Tegal yang pernah menduduki peringkat ketiga dunia pada 2010 itu.
Saat pertandingan memasuki game kedua, Simon sempat khawatir mengalami cedera lutut. "Saat mau ambil bola di kanan belakang, lutut saya sedikit kaget. Saya jadi agak takut. Mau ambil bola depan juga agak takut," ucap pemain 30 tahun itu. "Ternyata enggak apa-apa. Tapi mau mengejar sudah terlalu jauh."
Pada poin-poin akhir, Simon memilih bermain lebih sabar. "Ternyata bisa, tetapi saya sudah terlambat. Hari ini, Momota main lebih siap daripada saya. Dia pemain yang bagus dan ulet di lapangan," tuturnya. "Saya kecewa dengan penampilan saya hari ini. Untuk masalah hasil, saya tidak terlalu memikirkannya, tapi permainan saya hari ini tidak bisa keluar.”
Meskipun menang, Momota mengaku tidak puas dengan pertandingannya melawan Simon. Menurut dia, Simon tidak bermain dalam kondisi terbaiknya, seperti yang sudah dipelajarinya dari rekaman video permainan Simon tahun lalu. “Sebenarnya saya berharap bisa melawan Simon dengan kondisi terbaiknya. Sayang, hari ini itu tidak terjadi,” ujarnya.
BADMINTON INDONESIA | RINA W.