TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X berharap masyarakat tak terjebak pengkultusan pendahulunya, Sultan Hamengku Buwono IX. "Itu pula yang ia pesankan kepada anak-anaknya," katanya dalam acara bedah buku A Prince in a Republic: The Life of Sultan Hamengku Buwono X of Yogyakarta di Pagelaran Keraton, Minggu malam, 12 April 2015.
Ada banyak buku biografi Hamengku Buwono IX. Sebagian berisi sanjungan kepadanya. Bagi Hamengku Buwono X, karisma ayahnya muncul dari sikap yang sederhana.
Penyelenggaraan bedah buku itu bertepatan dengan peringatan 103 tahun hari kelahiran Hamengku Buwono IX, yang lahir pada 12 April 1912. A Prince in a Republic ditulis pengajar di Australian National University, John Monfries. Buku setebal 378 halaman itu diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Institute of Southeast Asian Studies yang berbasis di Singapura.
Monfries mengatakan Hamengku Buwono IX adalah raja berpendidikan Barat tapi memiliki gaya bicara yang polos dan mudah dimengerti masyarakat. "Ia pionir blusukan," katanya.
Selama ini sudah ada sejumlah buku yang mengulas riwayat Hamengku Buwono IX. Di antaranya Takhta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku IX, Sejarah Kanjeng Sultan Hamengku Buwono IX, Sultan Hamengku Buwono IX: Inspiring Prophetic Leader, Hamengku Buwono IX, dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta 1942-1974.
Namun, menurut sejarawan Universitas Gadjah Mada, Djoko Suryo, A Prince in a Republic adalah buku pertama yang bercerita tentang Hamengku Buwono IX dalam bahasa Inggris dan ditulis oleh peneliti asing. Sejarawan UGM lainnya, Bambang Purwanto, mengatakan A Prince in a Republic bukanlah buku yang mudah dipahami karena bahasa Monfries berbeda. "Bahasa Inggris-nya terlalu bagus," katanya.
Tanpa pemahaman bahasa Inggris yang mumpuni, kata dia, penerjemah akan kesulitan mengalihbahasakan isi buku ini ke bahasa Indonesia. Padahal, tanpa pemahaman yang utuh terhadap buku asli, pengalihbahasaan sebuah buku bisa menimbulkan kesalahpahaman. "Kalau buku ini akan diterjemahkan, carilah penerjemah yang betul-betul baik karena literasinya tak mudah dipahami."
ANANG ZAKARIA