TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengundang sejumlah pengamat politik dan akademikus dari berbagai lembaga dan universitas ke Istana Negara, Selasa, 14 April 2015. Di antara para pengamat yang memenuhi undangan itu terdapat Yunarto Wijaya, Nico Harjanto, Hanta Yuda, M. Qodari, Ikrar Nusa Bakti, Kuskridho Ambardi, Thamrin Amagola, dan Philips J. Vermonte.
"Undangan makan siang saja. Ngobrol politik," kata Yunarto Wijaya, pengamat politik dari Charta Politika, di Istana Negara, Selasa, 14 April 2015. "Seperti biasa, Pak Jokowi mendengarkan beberapa penjelasan dari kami."
Menurut Yunarto, ada beberapa topik yang dibicarakan pada saat makan siang itu. Di antaranya isu kenaikan harga bahan pokok, tren hasil survei, dan masalah politik lain. Termasuk, kata Yunarto, tren citra Jokowi dalam persepsi publik saat ini.
"Kami hanya membaca secara makro mengenai efek kebijakan Jokowi terhadap persepsi publik. Juga tentang hasil survei yang memperlihatkan turunnya citra Jokowi, apakah disebabkan oleh naiknya harga bahan pokok atau masalah lain," kata Yunarto. Dia enggan menjelaskan lebih detail pokok pembahasan Jokowi dengan para pengamat politik.
Selain itu, kata Yunarto, pertemuan tersebut sempat membahas masalah kepartaian dan koalisi. "Tapi beliau awalnya sempat menolak membahas soal itu," ujarnya.
Yunarto bercerita, dalam pembahasan isu kepartaian dan koalisi, Jokowi lebih banyak diam. Menurut dia, salah satu tamu undangan bahkan mengajukan protes dan kritik keras kepada Jokowi dalam diskusi tersebut.
Adapun pengamat politik dari Populi Center, Nico Harjanto, enggan menjelaskan isi pembicaraan Jokowi dengan para pengamat politik. "Hanya membahas sayur lodeh, apakah rasanya cocok buat tamu di Konferensi Asia-Afrika," ujarnya.
REZA ADITYA