TEMPO.CO , Bandung:Wali kota Bandung Ridwan Kamil mengaku, pemimpin Tiongkok meminta dirinya agar membuatkan Taman Chou En Lai, Perdana Menteri Tiongkok yang datang ke Bandung mengikuti Konfrensi Asia-Afrika pertama pada tahun 1955.
"Presiden Tiongkok ingin ada taman Chou En Lai sebagai simbol persahabatan Tiongkok-Indonesia," kata dia di Bandung, Senin, 13 April 2015.
Emil, sapaan Ridwan Kamil, mengatakan, dirinya tengah berkonsultasi dengan Kementerian Luar Negeri soal permintaan Tiongkok terebut. "Apakah aspirasi ini memungkinkan secara berbagai aspek," kata dia.
Dia mengaku, besok, Selasa, 14 April 2015, akan bertemu dengan Duta Besar Tiongkok di Jakarta untuk membahas soal itu. "Besok ketemu Dubes Tiongkok di Jakarta yang akan menceritakan aspirasi yang ada, seperti apa," ujar Emil.
Emil mengaku, permintaan Tiongkok itu menjadi salah satu dari pernak-pernik tambahan dalam persiapan penyelenggaraan perayaan Konfrensi Asia-Afrika ke-60 tahun di Bandung, pada 24 April 2015 nanti. "Banyak hal-hal tambahan di KAA ini," kata dia.
Chou En Lai menjadi salah tokoh penting yang hadir dalam pelaksanaan Konfrensi Asia-Afrika pertama pada tahun 1955. Meminta Cina hadir dalam konfrensi pun sudah menuai perdebatan sengit lima negara sponsor konferensi itu di Istana Bogor. Pakistan dan Sri Lanka gigih menolak dengan beragam alasan, hingga rencana konferensi hampir buyar karena Burma akan mundur jika Cina tak diundang. Dua Korea pun dilewatkan sebagai peserta konferensi.
Mantan Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri dan Konferensi Asia-Afrika 1955 Roeslan Abdulgani mengatakan Indonesia, India, dan Burma mendukung kedatangan Cina. Adapun Perdana Menteri Pakistan Mohammad Ali dan Perdana Menteri Sri Lanka Sir John Kotelawala sejak konferensi sebelumnya di Kolombo, Srilanka, memandang komunisme sebagai ancaman internasional di Asia Tenggara.
"Khusus India dengan Pakistan, mereka terus clash tentang Kashmir," tulis Roeslan dalam bukunya, The Bandung Connection.
Pakistan menilai beberapa negara seperti Filipina, Thailand, serta negara Arab bakal menolak diundang untuk hadir dalam Konferensi Asia-Afrika. Alasannya, negara tersebut tidak mengakui Republik Rakyat Cina yang berpaham komunis. "Apakah bijaksana mengorbankan begitu banyak negara hanya untuk menarik satu negara saja," kata Ali.
Perdana Menteri Burma U Nu angkat bicara. Ia mengakui tanpa kehadiran negara-negara Arab, Konferensi Asia-Afrika tidak akan mencapai keberhasilan penuh. Begitu pun, kata U Nu, jika konferensi tanpa RRC.
India berpendapat tidak ada kewajiban negara peserta konferensi untuk berhubungan dengan Cina.
Menurut Roeslan, kelima perdana menteri dalam konferensi di Kolombo sebenarnya telah sepakat bahwa Cina merupakan faktor kunci untuk meredakan ketegangan situasi di Asia Tenggara pada era Perang Dingin.
Sebelum perhelatan KAA 1955, tokoh ini pun sempat memicu ketegangan politik gara-gara dikabarkan tewas dalam peristiwa kecelakaan pesawat Kashmir Princess milik maskapai Air India di perairan Natuna, Indonesia. Penerbangan itu mengangkut delegasi Cina. Saat itu beredar isu bahwa Perdana Menteri Chou En Lai menjadi korban.
AHMAD FIKRI/ANWAR SISWADI