TEMPO.CO, Madrid - Tak ada gol tercipta di Stadion Vicente Calderon, Madrid, Rabu dinihari, 15 April 2015, sampai babak kedua dengan tambahan waktu atau injury time 4 menit setelah menit ke-90 berakhir. Pertandingan dua tim yang bertetangga atau derby di ibukota Spanyol tersebut berakhir tidak seperti yang diharapkan oleh sebagian pencinta sepak bola.
Tak ada gol yang membuat pertandingan tambah seru karena yang kebobolan pasti akan berusaha keras untuk membalas sehingga tempo permainan meningkat. Cristiano Ronaldo, sang raja gol di La Liga Spanyol dan antarklub Eropa, kali ini gagal mengubah keadaan Real Madrid setelah terus-menerus mencetak dalam beberapa pertandingan terakhir La Liga.
Pertandingan pertemuan pertama babak perempat final Liga Champions Eropa di Madrid ini berkesudahan 0-0. Mereka bertemu kembali di kejuaraan utama antarklub Eropa ini setelah bertarung pada final musim lalu, 2013-214. Tahun lalu itu, setelah melewati babak perpanjangan waktu, Real Madrid menang 4-1.
Kali ini mereka bertemu lebih awal yaitu babak delapan besar dengan dua kali pertemuan kandang dan tandang. Ini hal yang berbeda ketika mereka hanya berhadapan satu kali dalam laga final musim lalu.
Sebagai tuan rumah pada kesempatan pertama, Manajer Atletico Madrid, Diego Simeone, dan para pemainnya mungkin merasa kecewal dengan hasil 0-0 ini. Pasalnya, dalam sistem gugur dalam dua kali pertemuan dalam babak lanjutan Liga Champions ini, memanfaatkan keuntungan kandang semaksimal mungkin sangat penting.
Tapi, mungkin bisa juga sebaliknya yaitu Simeone dan kawan-kawan tidak terlalu kecewa. Berdasarkan data pertemuan dalam derby Madrid sebelumya di berbagai kejuaraan, Atletico tidak pernah kalah dalam tiga kali kunjungannya di Stadion Santiago Bernabeu musim ini. Di kandang Real Madrid itu, Atletico seri dua kali yaitu 1-1 dan 2-2 serta menang sekali 2-1.
Bila seri lagi di Bernabeu pada Rabu mendatang, 22 April 2015, dengan skor 0-0, akan diadakan babak perpanjangan waktu. Bila terjadi gol dalam skor imbang, Atletico yang akan lolos berkat peraturan gol tandang yang menghargai lebih tinggi gol di tempat musuh.
Tapi, bisakah kali ini Simeone membalaskan sakit hati tim karena kalah secara dramatis pada final Liga Champions musim lalu pada babak yang lebih dini?
Atletico butuh permainan lebih militan di Bernabeu, Rabu mendatang, 22 April 2015, untuk bisa membalaskan dendamnya. Satu hal yang memang diakui oleh Simeone sebagai faktor yang bisa mengalahkan keunggulan kualitas teknik Real Madrid. “Sepak bola lebih dari sekadar kumpulan bakat individu,” kata Simeone dalam konferensi pers sebelum pertandingan untuk menanggapi komentar Cristiano Ronaldo.
Setelah Atletico menyingkirkan Real dari Copa del Rey atau Piala Raja Spanyol pada Januari 2015, Ronaldo mengatakan tim asuhan Simeone tidak menampilkan permainan sepak bola yang bagus, hanya bertahan, dan menunggu untuk mendapatkan peluang mencetak gol di mulut gawang Real.
Menariknya, pendapat Ronaldo yang terkesan meremehkan Atletico itu tampaknya harus diresapi Simeone dan kemudian dituruti! Itu lantaran Atletico memang harus lebih agresif untuk memburu kemenangan di Bernabeu agar lolos ke semifinal, dengan mengacuhkan apakah kualitas Mario Mandzukic, Ardan Turan, dan kawan-kawan bisa ditingkatkan lebih baik atau tidak menandingi kehebatan Ronaldo cs.
Di Vicente Calderon, Mandzukic dan kawan-kawan tidak terlalu bisa dominan untuk menekan pertahanan anak-anak asuhan pelatih Carlo Ancelotti. Akibatnya, Simeone membutuhkan kemampuan individu seorang pemain kawakan, Fernando Torres, yang diturunkan pada menit ke-81 untuk bisa mengubah keadaan dengan pengalaman panjangnya sebagai target man alias ujung tombak.
Torres, 31, yang diharapkan oleh Simeone untuk mengubah keadaan dengan nalurinya sebagai “pemukul” yang tertempa pada saat-saat kritis, akhirnya juga tidak membawa perubahan.
Dengan hasil 0-0, pertandingan kedua di Bernabeu pada Rabu, 22 Apri 2015, bakal lebih seru dan adil. Pertandingan akan berjalan tidak seperti yang dikeluhkan oleh Manajer Arsenal, Arsene Wenger, ketika menang di kandang AS Monaco pada 16 besar. Saat itu Arsenal menang tapi tersingkir karena kalah dalam selisih gol dalam dua kali pertemuan.
Di Bernabeu pada Rabu mendatang tidak ada tim yang bermain bertahan atau berusaha main aman karena sudah punya modal. Dalam laga yang layaknya final itu, persoalan buat Real Madrid adalah tinggal menunggu apakah Ronaldo –ini yang terutama-, Gareth Bale, Karim Benzema, dan lainnya bisa memunculkan talenta individunya mereka yang bisa mengubah keadaan pertandingan dalam sekejap.
GUARDIAN | BBC | HARI PRASETYO