TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan anggota Gegana dan Paskhas TNI AU memeriksa barang milik penumpang Batik Air dengan rute Ambon-Jakarta. Pilot pesawat melakukan pendaratan darurat di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, pada Jumat, 17 April 2015 pukul 07.20 WITA.
Langkah itu dilakukan kapten pilot Luther Latumahina setelah petugas menara Air Traffic Control Ambon menerima pesan singkat berisi ancaman bom setelah pesawat tinggal landas dari Bandara Pattimura di Ambon.
"Saat ini kami berada di ruang tunggu bandara gate VII. Kami dijaga ketat aparat dan barang bawaan diperiksa satu per satu," kata Bambang Suherman, penumpang Batik Air, kepada Tempo melalui telepon seluler, Jumat, 17 April 2015.
Bambang menjelaskan barang bawaan yang diperiksa adalah barang yang dibawa penumpang dari kabin. Adapun barang yang berada di kargo pesawat tetap berada di pesawat.
Pesawat jenis Boeing 900 IR itu turun di landasan pacu. Para penumpang tidak tahu bahwa pesawat itu mendapat ancaman bom. Penumpang baru tahu ada ancaman bom setelah melihat ada aparat Gegana dan Paskhas TNI AU dan bertanya ke mereka. "Mereka bilang pesawat diancam bom," kata Bambang. Gegana dan Paskhas TNI AU pun segera memeriksa pesawat.
Humas Bandara Sultan Hasanuddin Rio Hendarto mengatakan alasan pendaratan darurat Batik Air karena ada ancaman bom. "Teror itu memang ada," kata Rio. Dia mengatakan saat ini posisi pesawat masih berada di halaman parkiran di dekat tower bandara.
AMIRULLAH | BADAUNI AP