TEMPO.CO, Bangkalan - Terpidana mati Siti Zaenab meninggalkan kesan yang mendalam di kalangan pejabat yang pernah mengupayakan pengampunan. "Dia baik, sabar, dan cerdas," kata Staf Khusus Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Abdul Wahid Maktub di Bangkalan, Kamis malam, 16 April 2015.
Menurut Wahid, kebaikan dan kecerdasan tenaga kerja Indonesia yang divonis mati oleh Pengadilan Kota Madinah, Arab Saudi, Selasa lalu, tergambar jelas pada prestasi buruh migran asal Desa Martajesah, Kabupaten Bangkalan, itu selama 16 tahun menghuni penjara. "Selama dipenjara, dia bisa hafal 30 juz Al-Quran."
Menurut mantan Konjen RI di Arab Saudi ini, hanya orang yang berhati bersih dan baik akhlaknya yang bisa menghafal seluruh isi kitab suci Al-Quran. Atas prestasinya, petugas penjara Madinah meminta Zaenab mengajar mengaji narapidana lainnya.
Ganjarannya, Zaenab dipindah dari ruang berukuran 1x1 meter khusus pelaku pembunuhan ke ruangan yang luas dan nyaman. "Saya melihat sendiri, ruangan Zaenab begitu nyaman dan luas."
Karena itu, Wahid meminta keluarga Zaenab di Bangkalan ikhlas. Meski tidak mendapat maaf dari keluarga istri majikannya Nourah binti Abdullah, kemampuan Zaenab menghafal Al-Quran bisa jadi pertanda Allah telah memaafkannya. "Apalagi Zaenab dimakamkan di Baqi yang termasuk wilayah Tanah Haram."
Baca Juga:
Bekas Direktur Pemasaran PT Panca Banyu Mas Sakti, PJTKI yang memberangkat Zaenab ke Arab Saudi pada 2008, Ahmat Safawi, menilai Siti Zaenab adalah sosok yang baik. "Zaenab sangat akrab dengan istri saya," katanya saat mengunjungi keluarga Zaenab di Bangkalan untuk memberi santunan.
Karena itu, Safawi menyayangkan muncul pernyataan dari Amnesty Internasional yang menyebut Zaenab punya kelainan mental. "Zaenab normal, makanya sangat akrab dengan istri saya."
MUSTHOFA BISRI